Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wakil Perdana Menteri: Putin Dapat Dihentikan oleh Tentara Ukraina, Sanksi dan Negosiasi

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy siap bertemu dengan Putin dan membahas mengenai penghentian agresi Rusia dan penarikan pasukan Rusia dari Ukraina

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Wakil Perdana Menteri: Putin Dapat Dihentikan oleh Tentara Ukraina, Sanksi dan Negosiasi
AFP/ALEXANDER NEMENOV
Seorang tentara Rusia berpatroli di teater drama Mariupol, dibom 16 Maret lalu, pada 12 April 2022 di Mariupol, ketika pasukan Rusia mengintensifkan kampanye untuk merebut kota pelabuhan yang strategis, bagian dari serangan besar-besaran yang diantisipasi di Ukraina timur, sementara Presiden Rusia membuat kasus menantang untuk perang di tetangga Rusia. (Photo by Alexander NEMENOV / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Wakil Perdana Menteri dan Menteri untuk Reintegrasi Wilayah Pendudukan Sementara Ukraina Iryna Vereshchuk meyakini bahwa hanya upaya bersama Ukraina, Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang dapat menghentikan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pernyataan ini disampaikannya dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Italia, mengacu pada saluran Telegram Kementerian Reintegrasi.

"Putin dapat dihentikan oleh tentara Ukraina, sanksi dan negosiasi," kata Vereshchuk.

Dikutip dari laman Ukrinform, Jumat (15/4/2022), ia menekankan bahwa Ukraina saja tidak akan mampu mengatasi hal ini.

Sehingga diperlukan partisipasi negara-negara Eropa dan AS, seperti pemberlakuan sanksi berat, termasuk embargo minyak dan gas.

"Semakin kuat isolasi dan embargo internasional, semakin cepat ia (Putin) akan duduk di meja perundingan," tegas Vereshchuk.

Berita Rekomendasi

Vereshchuk mengingatkan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy siap bertemu dengan Putin dan membahas mengenai penghentian agresi Rusia dan penarikan pasukan Rusia dari Ukraina.

Ia juga mencatat bahwa Putin tidak hanya mengintimidasi Ukraina, namun juga negara lainnya menggunakan senjata.

"Ia adalah musuh seluruh dunia demokrasi yang beradab. Semua orang harus memahami itu," jelas Vereshchuk.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi nasional negara itu pada 24 Februari lalu bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para Kepala Republik Donbass, ia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus ke Ukraina.

Baca juga: Imbas Perang di Ukraina, Harga Pangan di Senegal Melonjak hingga 30 Persen

Operasi ini dilakukan untuk melindungi orang-orang 'yang telah mengalami pelecehan dan genosida oleh rezim Ukraina selama 8 tahun'.

Kendati demikian, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.

Ia juga menekankan operasi tersebut ditujukan untuk 'denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina'.

Sementara itu, negara Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia karena melakukan invasi ke Ukraina.

Penerapan sanksi ditujukan terhadap badan hukum maupun individu swasta Rusia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas