Dibombardir Rusia, Zelensky Klaim Situasi di Kota Pelabuhan Mariupol Masih Brutal
Intensitas tembakan tentara Rusia ke wilayah Kharkiv dan Donbas telah "meningkat secara signifikan.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali menuding Rusia sebagai "sumber kejahatan" karena menargetkan warga sipil.
Hal itu dia kemukakan dalam sebuah pidato video yang disiarkan pada Selasa (19/4/2022). “Untuk selamanya, tentara Rusia akan ditulis dalam sejarah sebagai tentara paling biadab dan tidak manusiawi di dunia,” kata Zelensky.
“Pembunuhan warga sipil yang ditargetkan dan penghancuran bangunan tempat tinggal dengan segala jenis senjata, termasuk yang dilarang oleh konvensi internasional. Ini hanya merek dagang tentara Rusia dan ini akan benar-benar menandai Federasi Rusia sebagai sumber kejahatan,” bebernya.
Dia mengatakan, intensitas tembakan tentara Rusia ke wilayah Kharkiv dan Donbas telah "meningkat secara signifikan.
Di Kota Pelabuhan Mariupol, situasinya tetap "brutal dan tidak berubah, menurut Zelensky. Dia mengklaim pasukan Rusia telah memblokir koridor dan evakuasi dari Mariupol.
Zelensky menambahkan dirinya telah menandatangani dekrit untuk menghormati angkatan bersenjata Ukraina yang membela Mariupol.
Zelensky bertemu anggota parlemen Ukraina untuk merekomendasikan perpanjangan darurat militer di Ukraina, katanya.
“Sangat penting untuk memastikan aktivitas yang stabil di semua perbatasan,” kata dia.
Mariupol Terkepung. Rusia Ultimatum Tentara Ukraina Menyerah
Selasa kemarin, Rusia mengultimatum tentara Ukraina di Mariupol agar menyerahkan diri saja ke tentara Rusia demi mengakhiri pertempuran sengit di kota tersebut.
Rusia memberi batas waktu hingga Selasa tengah hari waktu Moskwa kepada mereka untuk penyerahan diri.
Ultimatum itu terutama ditujukan Rusia kepada pasukan Ukraina dan pejuang asing yang bersembunyi di pabrik metalurgi Azovstal di Kota Mariupol, Ukraina Timur, jika mereka masih ingin hidup.
Kota Mariupol telah dikepung oleh pasukan Rusia selama berminggu-minggu telah menyaksikan pertempuran paling sengit dan kehancuran paling komprehensif sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan pada Senin (18/4/2022), bahwa tidak kurang dari 1.000 warga sipil tengah bersembunyi di tempat perlindungan bawah tanah di bawah pabrik Azovstal yang luas.
Mereka menyampaikan bahwa Rusia telah menjatuhkan bom berat ke pabrik yang dikuasai Ukraina di kota yang terkepung itu.
Kementerian Pertahanan Rusia pada Selasa mengeluarkan pernyataan yang menyerukan pasukan Ukraina dan pejuang asing di dalam pabrik untuk menyerah.
"Semua yang meletakkan senjata dijamin akan tetap hidup," kata Kementerian Pertahanan Rusia, dilansir dari Reuters.
Kementerian meminta pasukan Ukraina untuk mundur dari pabrik baja antara pukul 14.00 dan 16.00 waktu Moskwa (18.00 WIB dan 20.00 WIB) tanpa kecuali, tanpa senjata, dan tanpa amunisi.
Peringatan Kementerian Pertahanan Rusia ini diketahui datang setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Senin malam mengumumkan dimulainya serangan baru oleh Moskwa, yang difokuskan di timur negara bekas Soviet itu.
"Kami sekali lagi meminta pihak berwenang Kyiv untuk menunjukkan alasan dan memberikan perintah yang sesuai kepada para pejuang untuk menghentikan perlawanan mereka yang tidak masuk akal," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.
"Tapi, memahami bahwa mereka tidak akan mendapatkan instruksi dan perintah seperti itu dari otoritas Kyiv, kami meminta (para pejuang) untuk secara sukarela mengambil keputusan ini dan meletakkan senjata mereka," tambah Kementerian Pertahanan Rusia.
Baca juga: Pasukan Ukraina Sergap Konvoi Militer Rusia di Mariupol, Lempar Granat dan Tembaki Kendaraan
Pernyataan itu tidak menyebutkan secara langsung serangan darat baru di Ukraina timur.
Tetapi, memperingatkan bahwa Moskwa memiliki bukti real-time tentang kejahatan baru yang mengerikan yang sedang dipersiapkan oleh rezim Kyiv.
Baca juga: Pasukan Rusia Rebut Kota Pertama dalam Pertempuran di Donbass, 200 Orang Diperkirakan Tewas
Kementerian Pertahanan Rusia menambahkan bahwa pejuang Ukraina yang melawan pasukan Rusia yang maju di pelabuhan Mariupol Laut Azov berada dalam "situasi bencana".
"Angkatan bersenjata Rusia sekali lagi menawarkan batalyon nasionalis dan tentara bayaran asing kesempatan untuk menghentikan semua aktivitas militer dan meletakkan senjata, mulai siang hari," sebut Kementerian Pertahanan Rusia.