Pejabat Ukraina: Pertahanan Mariupol Diambang Kehancuran
Ukraina mendesak Rusia untuk mengadakan “pembicaraan putaran khusus” untuk mengevakuasi para pejuang dan warga sipil yang tertahan di pabrik baja.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Ukraina mendesak Rusia untuk mengadakan “pembicaraan putaran khusus” untuk mengevakuasi para pejuang dan warga sipil yang tertahan di sebuah pabrik baja besar di kota pelabuhan Mariupol yang hancur.
Telepon dari seorang penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Minggu (24/4/2022) datang ketika rekaman baru dari orang-orang yang konon berlindung di pabrik baja Azovstal menunjukkan para wanita mengatakan mereka hanya memiliki air dan makanan untuk bertahan beberapa hari lagi.
Dilansir Al Jazeera, pabrik baja adalah kantong perlawanan terakhir yang tersisa di Mariupol selatan.
Ratusan pejuang Ukraina dan sekitar 1.000 warga sipil diperkirakan bersembunyi di terowongan bawah tanah di sana.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-61, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Baca juga: Rusia Disebut Kerahkan Peluncur Rudal Iskander-M di Perbatasan Ukraina
Oleksiy Arestovych mengatakan pertahanan Mariupol "di ambang kehancuran" dan meminta Rusia untuk mengadakan pembicaraan di Azovstal.
“Kami mengundang Rusia untuk mengadakan putaran khusus pembicaraan di tempat, tepat di sebelah tembok Azovstal,” kata Arestovych dalam sebuah wawancara di saluran YouTube mantan pengacara Rusia.
Dia kemudian mengatakan di aplikasi pesan Telegram bahwa Ukraina mengusulkan untuk membangun koridor kemanusiaan dan pertukaran tahanan perang Rusia dengan para pejuang yang masih berada di pabrik.
Tidak ada tanggapan segera dari Rusia.
Putin sempat menyatakan Azovstal tak perlu diambil alih
Pekan lalu, Presiden Rusia, Vladimir Putin sempat menyatakan kompleks pabrik baja Azovstal tidak perlu diambil alih.
Namun, Komando angkatan bersenjata Ukraina menulis di Facebook bahwa pasukan Rusia menembak dan melakukan operasi ofensif di daerah Azovstal.
Rusia juga melakukan serangan udara terhadap infrastruktur sipil.
Serhiy Volyna, komandan pasukan brigade Marinir ke-36 Ukraina di Mariupol mengatakan dalam sebuah wawancara dengan seorang anggota parlemen oposisi yang ditayangkan di YouTube pada hari Minggu bahwa Rusia menyerang kompleks itu dengan pemboman udara dan artileri.
"Kami mengevakuasi korban, situasinya kritis. Kami memiliki sangat banyak orang yang terluka, (beberapa) sekarat, ini (situasi) yang sulit dengan senjata, amunisi, makanan, obat-obatan. Situasinya memburuk dengan cepat," kata Volyna, dilansir dari CNA.
Konstantin Ivaschenko, pejabat yang telah ditunjuk sebagai Walikota Mariupol oleh Rusia tetapi tidak diakui oleh Ukraina, membantah ada pertempuran yang terjadi di kota itu, dalam komentar yang dilaporkan media Rusia TASS pada hari Minggu.
Baca juga: Dua Menteri AS Dikabarkan Kunjungi Ukraina, Zelensky Minta Bantuan Senjata Berat
Baca juga: Jadi Anggota ENTSO-E, Ukraina Kini Dapat Jual Listriknya di Pasar Eropa
Benteng utama Ukraina
Pabrik baja Azovstal adalah benteng utama Ukraina yang tersisa di Mariupol, sebuah kota yang telah mengalami pemboman berkelanjutan sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari.
Sebelumnya, penasihat presiden Ukraina Oleksiy Arestovych menulis di Facebook bahwa pasukan Rusia berusaha untuk menghabisi para pembela Azovstal yang bersembunyi di pabrik dengan jumlah lebih dari 1.000 warga.
Kemudian, pada hari Minggu, Arestovych mengatakan dalam pidato video yang dirilis oleh kantor presiden bahwa Ukraina menawarkan kepada Rusia putaran negosiasi khusus yang akan diadakan di Mariupol untuk membahas nasib warga sipil dan pasukan Ukraina yang masih terjebak di kota itu.
Negosiasi akan dimaksudkan untuk segera mengadakan gencatan senjata di Mariupol, koridor kemanusiaan beberapa hari, dan pembebasan atau pertukaran pejuang Ukraina yang terperangkap di pabrik Azovstal, kata Arestovych.
Pasukan Rusia mengepung pabrik Azovstal pada awal Maret dan secara bertahap menguasai sebagian besar kota.
Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)