Rusia Disebut Hanya Miliki 30% Rudal Tersisa, Ukraina akan Dapat Pasokan Senjata dari 19 Negara
Saat Rusia kehilangan 70 persen rudal sejak perang, Ukraina akan mendapat pasokan senjata dari 19 negara.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Rusia disebut telah kehilangan 70 persen rudal berpresisi tinggi sejak dimulainya perang sekitar dua bulan lalu di Ukraina.
Hal ini disampaikan oleh Christo Grozev, seorang jurnalis investigasi Bulgaria dan penyelidik utama Rusia dalam situs web investigasi Bellingcat.
Grozev mengatakan, saat ini Rusia hanya memiliki 30 persen rudal yang bisa digunakan untuk melawan Ukraina.
Lebih lanjut, pria yang bekerja sebagai reporter radio selama era komunis di Bulgaria ini menambahkan, pasukan yang bisa mengoperasikan rudal Rusia hanya tersisa sekitar 30-40 orang.
Baca juga: Rusia Bunuh 5 Orang, Termasuk 2 Anak-anak di Wilayah Donetsk Selama Paskah
"Mereka memiliki sekitar 30 persen dari apa yang mereka gunakan untuk memulai perang."
"Ada juga pertanyaan: siapa yang mengoperasikan rudal ini? Lagi pula, sumber daya yang dapat bekerja dengan rudal ini juga terbatas."
"Intelijen kami menyebut ini sekitar 30 hingga 40 orang," kata Grozev, dikutip dari Ukrinform, Senin (25/4/2022).
Sementara, Grozev menyebut, Ukraina tidak hanya bekerja untuk menghancurkan rudal, tetapi juga menyelidiki siapa orang yang bisa mengoperasikannya.
"Bagaimanapun, Ukraina bekerja tidak hanya untuk menembak jatuh dan menghancurkan rudal, tetapi juga untuk mengidentifikasi orang yang dapat memprogram rudal ini."
"Oleh karena itu, saya tidak akan terkejut jika tidak hanya perangkat keras tetapi juga perangkat lunak yang habis di Rusia," ujar Grozev.
Kemudian, Grozev juga mengomentari terkait situasi Rusia yang mengklaim telah menguasai Mariupol.
Menurutnya, pertempuran di Mariupol hanya kekurangan senjata saja.
Untuk itu, ia menilai jika pasukan Ukraina mendapat pasokan senjata, maka situasi bisa berbalik.
Baca juga: Dua Menteri AS Dikabarkan Kunjungi Ukraina, Zelensky Minta Bantuan Senjata Berat
"Jika pertempuran untuk Mariupol sekarang kalah taktis, itu tidak berarti kekalahan dalam pertempuran, karena alasan untuk tidak dapat mempertahankan kendali Mariupol adalah kurangnya senjata, bukan kurangnya motivasi."
"Saat ini, waktu masih bekerja untuk Ukraina, karena senjata presisi tinggi dipasok setiap minggu."
"Dan apa yang tidak dapat dilakukan Ukraina seminggu yang lalu kemungkinan besar akan mungkin terjadi dalam dua hingga tiga minggu," ungkapnya.
Di sisi lain, Grozev juga menyinggung terkait pasokan senjata yang akan didapatkan Ukraina dari 19 negara.
Menurutnya, pasokan senjata tersebut dapat memberikan harapan bagi Mariupol untuk membalikkan keadaan.
"Pada tahap ini, 19 negara siap memberikan senjata berteknologi tinggi ke Ukraina, yang memberikan alasan untuk harapan," katanya.
Ekspresi Putin saat Sadar Pasukan Rusia Terus Goyah
Sebelumnya diberitakan, Presiden Rusia, Vladimir Putin terlihat meringis dan menggigit bibir bawahnya ketika menyadari invasi Rusia di Ukraina terus goyah.
Kementerian Pertahanan Inggris menilai, gambaran Putin dalam video terbarunya itu menunjukkan adanya kepanikan dan tekanan.
Hal ini terjadi ketika pasukan Ukraina telah menangkis banyak serangan Rusia di sepanjang garis depan di wilayah Donbas timur.
Adapun, video yang baru dirilis itu terjadi saat Presiden Rusia menghadiri kebaktian Paskah Ortodoks pada Minggu (24/4/2022) pagi, dikutip dari Ekspress.
Putin terlihat merayakan Paskah bersama Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin di Katedral Kristus Juru Selamat Moskow, sembari memegang lilin merah menyala.
Sementara, Scott Rose dari Bloomberg juga ikut mengomentari Presiden Putin yang terlihat "meringis di kursinya" dan "menggigit bibirnya" dalam video resmi yang dirilis minggu ini.
"Hampir semua yang kita lihat dari Putin hari ini adalah dari fotografer pribadinya atau media pemerintah."
"Ini adalah pengambilan terbaik mereka: meringis di kursinya, menggigit bibirnya," ujar Rose dalam cuitannya.
Kemudian, Sky News menyebut video tersebut menunjukkan Putin yang telah sadar jika invasinya tidak berjalan sesuai rencana.
Baca juga: Putin Klaim Kemenangan atas Mariupol, Zelensky: Kemajuan Moskow Hanya Bersifat Sementara
Di sisi lain, Pengamat dan juga Dosen senior di Departemen Politik Internasional di Universitas Aberystwyth ikut memberikan tanggapan.
"Saya juga memikirkan itu (soal kepanikan Putin di tengah goyahnya pasukan Rusia, red). Jika ini adalah Putin pada hari-hari baiknya," ujarnya.
Video baru Putin yang dirilis Kremlin itu juga menambah gambaran serupa di mana Putin terlihat mencengkeram meja selama pertemuan tingkat tinggi.
Adegan tersebut memicu pertanyaan tentang kesehatan pemimpin Rusia ketika menggunakan sudut meja untuk menenangkan diri selama pertemuan dengan menteri pertahanannya, Sergei Shoigu.
Selama pertemuan itu, Presiden Rusia membahas "pembebasan" kota pelabuhan Mariupol di Ukraina.
Baca juga: Pesawat Rusia, Termasuk Maskapai Sipilnya yang Menuju Suriah Dilarang Melintasi Wilayah Udara Turki
Banyak pengamat menunjukkan bahwa Presiden Putin menghadiri kebaktian gereja pada hari yang sama ketika pasukannya menjatuhkan bom ke warga sipil di Odesa hingga menewaskan seorang bayi perempuan berusia tiga bulan.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky pun menggunakan pesan Paskah Ortodoksnya pada hari Minggu untuk bersumpah tidak ada "kejahatan" yang akan menghancurkan negara itu.
Berbicara dari Katedral Saint Sophia di Kyiv, Presiden Zelensky berdoa agar Tuhan mengembalikan kebahagiaan kepada anak-anak dan membawa penghiburan bagi para ibu yang berduka.
Dia mengatakan bahwa katedral berusia 1.000 tahun itu telah bertahan dari pendudukan Nazi di negaranya selama Perang Dunia Kedua.
(Tribunnews.com/Maliana)