Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Beijing Dihantui Pembatasan Wilayah, Warga Shanghai Geram dengan Perpanjangan Lockdown

Untuk mencegah peningkatan virus Covid-19, banyak bisnis dan kompleks perumahan di Beijing, China mulai ditutup hari ini, Jumat (29/4/2022).

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
zoom-in Beijing Dihantui Pembatasan Wilayah, Warga Shanghai Geram dengan Perpanjangan Lockdown
Hector RETAMAL / AFP
Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri berjalan di jalan utama selama tahap kedua penguncian pandemi Covid-19 di distrik Jing'an, Shanghai pada 6 April 2022. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Untuk mencegah peningkatan virus Covid-19, banyak bisnis dan kompleks perumahan di Beijing, China mulai ditutup hari ini, Jumat (29/4/2022).

Pihak berwenang juga meningkatkan pelacakan kontak untuk kasus Covid-19 agar wabah ini tidak semakin menyebar.

Sementara itu, kekecewaan dan kekesalan warga Shanghai meningkat, di saat berlakunya pembatasan wilayah selama sebulan.

Baca juga: Shanghai dan Beijing Kembali Lockdown, Berikut Penyebabnya Menurut Ahli Epidemiologi

Menurut saksi, orang-orang di Shanghai yang mulai kesulitan mendapatkan perbekalan mulai melancarkan aksi protes terhadap pembatasan sosial dengan menggedor panci dan wajan di malam hari.

Melansir dari reuters.com, beredar sebuah video yang dibagikan di media sosial, yang keasliannya belum dapat diverifikasi, menunjukkan seorang wanita memperingatkan orang-orang melalui pengeras suara untuk tidak melakukan pembatasan sosial, dan mengatakan gerakan seperti itu didorong oleh “orang luar”. Pemerintah Shanghai belum memberi tanggapan mengenai video yang beredar ini.

Sementara itu di ibu kota China, Beijing, pihak berwenang berpacu dengan waktu untuk mendeteksi kasus Covid-19 dan mengisolasi mereka yang memiliki kontak erat dengan. kasus terkonfirmasi positif Covid -19.

Baca juga: Ekonomi Korea Selatan hanya Tumbuh 0,7 Persen, Dipicu Lockdown China

Di Beijing bahkan terlihat sebuah tanda yang ditempatkan di luar kompleks perumahan bertuliskan “Hanya masuk. Tidak ada jalan keluar.”

Berita Rekomendasi

Seorang warga Polandia berusia 51 tahun, Joanna Szklarska dikirim ke hotel karantina karena berkontak dekat dengan pasien Covid-19. Namun Joanna menolak untuk berbagi kamar yang hanya memiliki satu tempat tidur, dengan tetangganya. Dia kemudian dikirim ke rumah, dan pihak berwenang memasang alarm di pintu depan rumahnya. Joanna kemudian dipanggil kembali untuk melakukan karantina di hotel, dan saat ini ia memiliki kamarnya sendiri.

“Tidak ada yang masuk akal di sini,” kata Joanna yang dihubungi melalui telepon.

Melalui konferensi pers reguler yang diadakan hari ini, pejabat kesehatan China tidak menanggapi pertanyaan apakah Beijing akan menerapkan karantina wilayah atau lockdown.

Distrik Chaoyang, yang pertama menjalani tes massal minggu ini, memulai tiga putaran pemeriksaan. Pemeriksaan terakhir yang melibatkan 3,5 juta penduduk Chaoyang, dilakukan pada hari ini. Sebagian besar distrik lain akan menjalani tes putaran ketiga pada Sabtu (30/4/2022) besok.

Banyak apartemen yang disegel, untuk mencegah penduduk pergi. Selain itu, layanan spa tertentu, ruang KTV, pusat kebugaran, bioskop dan perpustakaan, serta setidaknya dua pusat perbelanjaan tutup pada hari ini. Chaoyang, yang memiliki pangsa kasus terbesar di Beijing, menyatakan banyak lingkungan di wilayah tersebut yang berisiko menjadi penyebaran virus.

Orang-orang yang baru-baru ini mengunjungi tempat-tempat umum di daerah tersebut, telah menerima pesan teks yang berisi pemberitahuan agar mereka tetap tinggal di tepat tinggal mereka, sampai hasil tes mereka keluar.

“Halo warga! Anda baru-baru ini mengunjungi toko mie daging sapi & ayam rebus di komunitas Guanghui Li. Silakan lapor ke kompleks atau hotel Anda segera, tetap di tempat dan tunggu pemberitahuan pengujian asam nukleat. Jika Anda melanggar persyaratan di atas dan menyebabkan epidemi menyebar, Anda akan bertanggung jawab secara hukum.” bunyi salah satu pesan teks tersebut.

Perusahaan e-commerce, JD.com telah berusaha keras untuk menjaga agar penduduk China tetap mendapat pasokan yang baik. Kepala di salah satu pusat logistik JD.com di pinggiran Beijing Ming Tang, mengatakan volume pengiriman telah meningkat sebesar 65 persen sejak kasus pertama muncul pada 22 April lalu, dan 80 persen dari isi paket tersebut terkait dengan makanan.

“Upaya pengiriman paket tepat waktu dan jam kerja yang panjang memberikan banyak tekanan pada kurir kami,” katanya.

Pada Kamis (28/4/2022) kemarin, Beijing melaporkan sebanyak 39 kasus, dibanding pada hari sebelumnya yang terdapat 50 kasus.

Libur Hari Buruh, yang dimulai pada 30 April hingga 4 Mei menjadi salah satu musim tersibuk di China, dan industri perjalanan mengalami kerugian karena adanya pandemi Covid-19 ini.

Perusahaan-perusahaan yang membuka kembali pabriknya di Shanghai, harus memesan kamar hotel untuk menampung pekerja dan mengubah bengkel kosong untuk menjadi fasilitas isolasi, karena pihak berwenang mendesak mereka untuk melanjutkan pekerjaan di bawah pembatasan Covid-19.

Baca juga: 3 Minggu Lockdown, Shanghai Makin Perketat Pembatasan Covid-19

Menanggapi pandemi Covid-19 dan hambatan lainnya, pihak berwenang China mengatakan menurunkan kasus Covid-19 menjadi prioritas saat ini, untuk menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin.

“Kita harus menyadari bahwa viruslah yang merugikan perekonomian. Pertempuran melawan epidemi Covid adalah perang, perang perlawanan, perang rakyat.” kata Kepala panel respons Covid Komisi Kesehatan Nasional, Liang Wannian.

Pihak berwenang di Shanghai mengatakan, lebih banyak orang yang secara bertahap sudah diizinkan meninggalkan rumah mereka baru-baru ini. Lebih dari 12 juta orang atau hampir setengah dari populasi, telah diizinkan untuk meninggalkan rumah.

Namun, banyak orang yang tidak dapat meninggalkan kompleks tempat tinggal mereka, sementara banyak tempat seperti toko-toko dan tempat-tempat lainnya juga ditutup. Seringkali, salah satu dari 52.000 polisi yang dimobilisasi untuk pembatasan meminta mereka untuk pulang.

Banyak warga yang mengeluhkan kebijakan yang tidak fleksibel, yang terkadang tidak memperhitungkan keadaan darurat kesehatan atau keadaan individu lainnya.

“Masih banyak kekurangan dalam pekerjaan kami. Beberapa polisi individu tidak memperhatikan gaya atau metode ketika menegakkan hukum, atau mereka emosional atau mekanis” kata Kepala Biro Keamanan Publik Kota, Shu Qing.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas