Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Presiden Rusia Dmitri Medvedev Ingatkan Jerman Bagaimana Perang Dunia II Berakhir  

Bundestag Jerman meloloskan mosi yang menuntut pemerintah federal di Berlin mengirimkan persenjataan berat dan lebih kompleks ke Kiev.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Mantan Presiden Rusia Dmitri Medvedev Ingatkan Jerman Bagaimana Perang Dunia II Berakhir  
cdni.rt.com
Angela Merkel (saat masih berkuasa sebagai Kanselir Jerman) dan Angkatan Bersenjata Jerman, Bundeswehr 
Perdana Menteri  Rusia Dmitry Medvedev
Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev (AFP)

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Mantan Presiden Rusia Dmitri Medvedev memperingatkan Jerman setelah parlemen negara itu menyetujui pengiriman senjata berat ke Ukraina

Medvedev, yang menjabat Presiden Rusia dari 2008 hingga 2012, menyinggung bagaimana akhir Perang Dunia II bagi Jerman di masa lalu.

Lewat kanal Telegramnya, Medvedev memperingatkan sikap parlemen Jerman sekarang akan berakhir menyedihkan bagi mereka.

Sekutu dekat Presiden Vladimir Putin saat ini adalah Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia.

Pernyataan Medvedev muncul tak lama setelah Bundestag Jerman meloloskan mosi yang menuntut pemerintah federal di Berlin mengirimkan persenjataan berat dan lebih kompleks ke Kiev.

Baca juga: Jerman: Jalan Panjang Tinggalkan Pasifisme

Baca juga: Jerman Tak Lagi Beli Dari Rusia, Harga Minyak Dipastikan Semakin Tinggi

Baca juga: Sempat Menolak Kirim Senjata, Jerman Kini Setuju Berikan Tank Anti-Pesawat Gepard ke Ukraina

Dukungan itu diharapkan memperkuat Ukraina sehingga lebih siap empertahankan diri menghadapi serangan Rusia.

Dalam keputusan yang proposalnya berjudul "Pertahankan perdamaian dan kebebasan di Eropa, dukungan komprehensif untuk Ukraina," dokumen itu didukung 586 anggota parlemen.

BERITA TERKAIT

Hanya ada 100 suara menentang dan tujuh abstain. Proposal itu didiusulkan koalisi yang berkuasa dan oposisi demokratik Kristen.

Mosi tersebut menyerukan percepatan pengiriman senjata yang lebih efektif, juga lebih berat dan sistem yang lebih kompleks oleh Jerman.

Anggota parleme Jermann, memberi catatan pengiriman senjata tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan kemampuan pertahanan Jerman sendiri.

Selama debat pengambilan keputusan, anggota parlemen dari sayap kanan alternatif Jerman dan partai kiri, menentang proposal tersebut.

Selain seruan agar persenjataan berat diberikan ke Ukraina, mosi tersebut juga mendukung semua langkah yang telah diambilpemerintahan Olaf Scholz.

Termasuk sanksi terhadap Rusia dan bantuan dalam penyelidikan dugaan kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina.

Selain itu, anggota parlemen mendukung dorongan pemerintah Jerman untuk membuat negara itu tidak terlalu bergantung pada energi Rusia.

“Bundestag Jerman mengutuk perang agresif brutal Rusia melawan Ukraina dengan cara yang sekuat mungkin,” bunyi mosi tersebut.

Dokumen itu juga menuduh Kremlin melanggar hukum humaniter internasional secara terang-terangan, serta berusaha menghancurkan tatanan perdamaian Eropa secara permanen.

Pada Selasa, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengumumkan pemerintah di Berlin memberikan lampu hijau pengiriman senjata anti-pesawat self-propelled ke Ukraina.

Dia menyampaikan kabar itu selama pembicaraan bersama Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di pangkalan udara Amerika Ramstein di negara bagian Rhineland-Palatinate Jerman.

Lambrecht menjelaskan Ukraina akan memesan perangkat keras dari pabrikan Jerman dan Jerman akan membayarnya.

Untuk mendanai skema tersebut, Berlin akan mengalokasikan sekitar dua miliar euro.

Menurut laporan di media Jerman, perusahaan pertahanan Krauss-Maffei Wegmann bisa mengirimkan sebanyak 50 senjata antipesawat self-propelled tipe Gepard.

Senjata ini telah dinonaktifkan militer Jerman pada 2010, tetapi masih ada di stok Gudang senjata mereka.

Dirancang untuk menembak jatuh rudal jelajah dan pesawat, perangkat keras ini juga dapat menyerang target di darat.

Pejabat Jerman tidak mengungkapkan tanggal pasti kapan Kiev bisa menerima Gepards.

Beberapa media Jerman, melaporkan perangkat keras pertama-tama harus diperbaharui oleh pabrikan, sebelum dapat dikirim ke Ukraina.

Pengiriman yang akan datang direncanakan menggunakan skema pertukaran, di mana negara-negara Eropa timur menyumbangkan persenjataan berat buatan Soviet mereka ke Ukraina.

Selanjutnya Ukraina nanti akan menerima perangkat keras militer dari Jerman sebagai gantinya. Berlin juga berjanji membantu militer Ukraina dalam hal pelatihan.

Sebelumnya pada April, muncul laporan di beberapa media Jerman yang menunjukkan produsen senjata Rheinmetall negara itu siap untuk menjual 88 tank Leopard yang dinonaktifkan ke Ukraina.

Penjualan itu berikut amunisi, suku cadang, dan peralatan. Perusahaan dilaporkan menunggu persetujuan pemerintah Jerman untuk melanjutkan pengiriman.

Rusia, pada bagiannya, telah berulang kali mengkritik pasokan senjata NATO ke Ukraina, bersikeras mereka menghambat prospek perdamaian di negara itu.

Moskow juga menjelaskan setiap pengiriman perangkat keras militer akan dianggap sebagai target yang sah bagi pasukan Rusia begitu mereka melintasi perbatasan Ukraina.

“NATO pada dasarnya akan berperang dengan Rusia melalui proxy dan mempersenjatai proxy itu. Perang berarti perang,” kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.

Rusia menyerang negara tetangga itu pada 24 Februari 2022, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk 2014, dan pengakuan Moskow atas Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik secara paksa.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas