Komandan Ukraina yang Terkepung di Mariupol Minta Tolong Presiden Tayyip Erdogan
Kota Mariupol jadi medan pertempuran sengit sejak dimulainya aksi militer Rusia di Ukraina pada 24 Februari 2022.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, MARIUPOL - Sergey Volina, Komandan Brigade Marinir ke-36 Ukraina, yang masih bercokol di pabrik baja Azovstal Mariupol meminta bantuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Ia menyerukan Turki agar membantu mengeluarkan pasukannya dari kota industri di pelabuhan Laut Hitam itu bersama resimen neo-Nazi Azov.
Volina menyampaikan permintaan itu saat diwawancarai penyiar stasiun televisi Turki, Haberturk TV, Jumat (29/4/2022) malam waktu setempat.
“Saya sekarang meminta rakyat Turki dan presiden untuk meluncurkan prosedur ekstraksi,” kata Volina.
Ia mendesak Ankara “melakukan segala yang mungkin untuk membawa garnisun Mariupol ke Turki” dan memberikannya “jaminan keamanan.”
Komandan marinir itu telah mengakui pasukannya berada dalam situasi “sangat sulit” setelah 65 hari berperang melawan pasukan Rusia.
Baca juga: Rusia Umumkan Gencatan Senjata di Pabrik Baja Azovstal Mariupol untuk Proses Evakuasi Warga Sipil
Baca juga: Rusia Blokade Pabrik Baja Azovstal dan Deklarasikan Kemenangan, Mariupol Bertahan dalam Pengepungan
Baca juga: Media Barat Kompak Tutupi Sepak Terjang Batalyon Azov Neo-Nazi Ukraina
Dia juga mengungkapkan mereka yang bercokol di pabrik baja itu termasuk sekitar 600 tentara yang terluka.
Dia tidak merinci apakah yang dia maksud hanya unitnya sendiri atau resimen Azov juga.
Volyna juga menyatakan ada warga sipil yang bersembunyi di ruang bawah tanah di bawah kompleks pabrik baja yang luas. Ada juga yang terluka di antara mereka.
Ankara belum menanggapi permintaan ini dengan cara apa pun sejauh ini.
Kota Mariupol jadi medan pertempuran sengit sejak dimulainya aksi militer Rusia di Ukraina pada 24 Februari 2022.
Kota itu dikepung pasukan Rusia dari segala sisi, diperkuat milisi dari dua republik Donbass pada awal Maret.
Pasukan Ukraina serta tentara bayaran asing dan militan yang awalnya bersembunyi di kota akhirnya mundur ke pabrik Azovstal.
Sekarang, situs tersebut tetap menjadi kantong perlawanan terakhir.