“Wali” Sniper Asal Kanada Pulang, Kecewa dan Ungkap Bobroknya Kondisi Militer Ukraina
Wali telah kembali ke Quebec, Kanada, tempat asalnya. Ia hanya sebentar di Ukraina, dan mengaku tidak pernah menembak musuh.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, QUEBEC - Seorang mantan tentara Kanada yang dikenal sebagai penembak jitu atau sniper berinisial 'Wali' mengaku kecewa atas situasi militer di Ukraina.
Dalam sebuah wawancara video media La Presse Quebec Kanada, Wali mengatakan ada kekacauan, penjarahan, dan ketidakmampuan dalam militer Ukraina
Sosok Wali pernah mendapatkan tempat di media arus utama barat. Ia diglorifikasi sebagai sosok hebat yang menginspirasi banyak petempur asing datang membantu Ukraina.
Wali telah kembali ke Quebec, Kanada, tempat asalnya. Ia hanya sebentar di Ukraina, dan mengaku tidak pernah menembak musuh.
Baca juga: Sniper Mematikan Kanada Bergabung dengan Militer Ukraina, Mampu Habisi Target dari Jarak 2 Mil
Baca juga: Sepak Terjang Wali, Veteran Sniper Perang Afghanistan yang Terjun di Ukraina
Kepada media lokal Quebec, Wali mengungkapkan kekecewaan yang mengerikan. Dia mengklaim tidak ada persenjataan memadai, pelatihan buruk, pencatutan dan desersi militer.
Wali menjawab seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Maret agar warga asing bergabung ke legion internasional guna membantu Ukraina.
Ia secara sukarela berjuang untuk tiba di Ukraina. Selanjutnya kabar kehadiran Wali memperoleh lpiutan luas media barat.
Diglorifikasi Media Arus Utama Barat
Ia digambarkan mantan tentara Kanada yang juga secara sukarela berperang Bersama militan Kurdi di Irak.
Wali dideskripsikan media Spanyol sebagai "penembak jitu terbaik di dunia." Blogger militer AS ikut "mengolok-olok" Rusia.
Tak kurang media New York Post pun ikut memujinya karena Wali menempuh risiko mengambil rudal anti-tank di gudang untuk membunuh musuhnya.
Namun, dia mengatakan kenyataan membuatnya kecewa. Kembali ke rumah di Quebec, Wali mengatakan kepada La Presse komandan Ukraina awalnya tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Termasuk merespon kehadiran pejuang asing seperti dirinya. Lelah menunggu kesempatan berperang, Wali bergabung 'Brigade Norman'.
Ini unit pribadi yang dipimpin mantan tentara lain dari Quebec. Namun, beberapa anggota brigade ini memberi tahu La Presse senjata dan rompi antipeluru yang dijanjikan tak pernah ada.
Beberapa anggota brigade ini di dekat garis depan bertempur tanpa peralatan pelindung memadai. Sekitar 60 anggota brigade itu akhirnya kabur.
Beberapa tentara tadinya berencana mencuri pengiriman senjata yang dipasok Amerika senilai $500.000 dan membentuk unit sendiri.
Wali akhirnya bergabung ke unit Ukraina yang bertempur di dekat Kiev. Mereka terpaksa harus mencari senjata, makanan, dan bensin secara mandiri.
“Anda harus mengenal seseorang yang mengenal seseorang yang memberi tahu Anda bahwa di beberapa tempat pangkas rambut tua mereka akan memberi Anda AK-47,” kenangnya.
“Bahkan untuk makanan, seringkali warga sipil yang menyediakannya,” imbuhnya.
Pada akhirnya, Wali mengatakan dia akhirnya hanya menembakkan dua peluru ke jendela untuk menakut-nakuti orang.
Ia lalu memutuskan pulang tak lama setelah dua grup tentara Ukraina yang dikirim ke Donbass dihantam tank Rusia dan menerima tembakan sangat akurat.
"Saya mengatakan kepada mereka untuk tidak menunjukkan diri mereka seperti itu, tetapi mereka tidak mendengarkan saya," katanya.
“Saya melihat pecahan peluru itu berlalu seperti laser. Tubuhku tegang. Saya tidak bisa mendengar apa-apa, saya langsung sakit kepala. Itu benar-benar suslit,” tambahnya.
Legiun Asing Banyak yang Kabur
Wali bukan satu-satunya sukarelawan yang meninggalkan Ukraina tak lama setelah tiba untuk berperang.
Di forum 'VolunteersForUkraine' Reddit, calon rekrutan dan mereka yang sudah berada di Ukraina bertukar saran, dorongan, dan terkadang cerita horor.
Satu cerita dari pusat pelatihan legiun asing yang dibom Rusia pada Maret menggambarkan bagaimana komandan mengirim orang-orang yang tak terlatih ke garis depan berbekal sedikit amunisi dan AK, dan akhirnya mereka terbunuh.
Seorang pengguna Reddit mengatakan dia melarikan diri ke Polandia setelah serangan besar menimpa pusat legiun asing.
“Legiun benar-benar kalah senjata seperti halnya beberapa pemimpin Ukraina yang gila. Setelah serangan itu, seorang perwira ingin menggiring semua orang ke Kiev dan bertempur,” tulisnya.
Poster lain menceritakan kisah serupa, melibatkan rekrutan yang tidak siap menerima pelatihan beberapa hari sebelum dikirim ke garis depan dengan peralatan yang tidak memadai.
Komandan Ukraina juga berjuang untuk menangani masuknya orang asing yang tidak terlatih. Pada April, Legiun Internasional Kiev akhirnya menghentikan perekrutan.
Namun, menurut La Presse, beberapa orang asing dengan pengalaman militer yang relevan saat ini digunakan untuk operasi "khusus" di garis belakang Rusia.
Moskow telah mengingatkan orang asing yang bertempur di sisi Ukraina sebagai tentara bayaran. Mereka tidak diberikan status kombatan di bawah hukum internasional.
“Mereka datang ke Ukraina untuk mendapatkan uang dengan membunuh Slavia. Oleh karena itu, yang terbaik yang menunggu mereka adalah pertanggungjawaban pidana dan hukuman penjara yang lama,” kata juru bicara militer Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov bulan lalu.
Di bawah hukum internasional, sukarelawan asing yang, atas dasar pribadi dan atas inisiatif mereka sendiri, bergabung ke angkatan bersenjata salah satu pihak dalam konflik bersenjata dianggap sebagai kombatan.(Tribunnews.com/RussiaToday/Sputniknews/LaPresse/xna)