Putin Ingatkan NATO Tolak Dengarkan Rusia, Tegaskan Pilihan Pertama Menyerang Duluan
Putin kembali menegaskan tujuan operasi militer khusus ke Ukraina adalah demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Presiden Rusia Vadimir Putin menegaskan, Rusia memilih untuk menyerang lebih dulu karena melihat setiap hari bahaya tumbuh di Ukraina.
Penegasan Putin disampaikan sekaligus menjadi pidato perayaan HUT ke-77 Hari Kemenangan (Victory Day), kemenangan atas Nasi Jerman pada Perang Dunia II.
Putin juga kembali menegaskan tujuan operasi militer khusus ke Ukraina adalah demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina, yang dimulai 24 Februari 2022.
Keputusan untuk meluncurkan operasi pada 24 Februari menurut Putin adalah satu-satunya pilihan yang tepat dalam situasi tersebut.
Baca juga: Pidato Putin di Parade Hari Kemenangan, Sebut Rusia Negara Multi-Etnis: Tugas Kita Lakukan Segalanya
Baca juga: Presiden Putin Telepon PM Israel, Tidak Ada Kabar Sakit, Peskov Sebut Informasi Sampah
Baca juga: Inggris akan Berikan Bantuan Tambahan Senilai Rp23,2 Triliun untuk Ukraina
“Kami melihat bagaimana infrastruktur militer berkembang, bagaimana ratusan penasihat asing mulai bekerja di sana, dengan senjata paling modern dikirim secara teratur dari negara-negara NATO,” kata Putin.
“Bahaya itu tumbuh setiap hari. Ini keputusan yang dipaksakan, tepat waktu dan satu-satunya yang benar, yang diambil negara yang kuat dan independen," kata Putin di Moskow.
Presiden Federasi Rusia itu mengatakan negara-negara NATO menolak mendengarkan keberatan Federasi Rusia.
"Persiapan telah dilakukan untuk operasi hukuman lain di Donbass, invasi ke tanah bersejarah kami, termasuk Krimea," kata Putin di Lapangan Merah.
Menurut Vladimir Putin, blok NATO telah memulai pengembangan militer aktif di wilayah yang berdekatan dengan Federasi Rusia.
Ini secara sistematis menciptakan ancaman yang sama sekali tidak dapat diterima ke negara ini, apalagi, langsung di perbatasan Rusia.
Rusia Sita Rudal Buatan Inggris
Perkembangan menarik lain dari medan tempur Ukraina, pasukan Rusia menyita rudal berpemandu presisi Brimstone buatan Inggris, yang kondisinya hampir utuh.
Pada 8 Mei, sumber-sumber Rusia membagikan foto-foto rudal tersebut, yang diduga ditemukan oleh pasukan Rusia di dekat sebuah front di oblast Zaporizhzhia.
Rudal itu dilaporkan gagal terbang, beberapa detik setelah diluncurkan pasukan Kiev. Rudal itu mengalami kerusakan yang sangat kecil.
Rudal yang ditangkap adalah generasi pertama Brimstone yang menggunakan pencari radar gelombang milimetri aktif dan sistem navigasi inersia.
Rudal generasi kedua dilengkapi dengan pencari mode ganda yang lebih canggih yang juga mendukung panduan laser semi-aktif.
Jangkauan maksimum Brimstone versi peluncuran darat tidak diketahui, tetapi versi peluncuran udara dilaporkan dapat mencapai target lebih dari 20 kilometer jauhnya.
Hulu ledak rudal adalah muatan berbentuk tandem seberat 6,3 kilogram dengan mode delay dan proximity sekering yang berbeda.
Pada April, Inggris mengumumkan mereka akan memasok pasukan Kiev dengan ratusan rudal Brimstone yang diluncurkan dari darat.
London tidak mengungkapkan mereka akan mengirimkan stok rudal yang ternyata , generasi lebih tua.
Penggunaan pertama rudal Brimstone oleh pasukan Kiev didokumentasikan di wilayah Donbass pada 6 Mei.
Namun, kemungkinan rudal tersebut digunakan sebelumnya untuk melawan militer Rusia dan angkatan bersenjata Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk.
Rudal Brimstone yang disita akan dikirim ke Rusia untuk penelitian.
Militer Rusia dapat mempelajari bagaimana mengganggu pencari radar gelombang milimetrik rudal, atau bahkan merekayasa baliknya.
Inggris adalah salah satu pendukung militer utama pasukan Kiev. Pada 7 Mei, Inggris mengatakan akan memberikan 1,3 miliar pound [$1,60 miliar] lebih lanjut untuk dukungan dan bantuan militer ke Kiev.(Tribunnews.com/Southfront/xna)