Soal Peran Bantu Ukraina, Intelijen AS Diminta Berhenti Menyombongkan Diri
Mantan Perwira Intelijen AS meminta penerus mereka yang saat ini menjabat untuk diam dan berhenti menyombongkan diri.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Nuryanti
![Soal Peran Bantu Ukraina, Intelijen AS Diminta Berhenti Menyombongkan Diri](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pasukan-rusia-meninggalkan-kehancuran-di-kota-borodianka_20220408_131732.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Media Amerika memberitakan tentang peran Intelijen AS dalam membantu Ukraina membunuh jenderal Rusia dan menyerang kapal perang Rusia.
Hal ini membuat mantan Perwira Intelijen AS meminta penerus mereka yang saat ini menjabat untuk diam dan berhenti menyombongkan diri tentang perannya dalam keberhasilan militer Ukraina.
Sebelumnya, Gedung Putih menyebut, AS memang berbagi intelijen dengan pasukan Ukraina, tapi tidak secara khusus dibagikan dengan tujuan membunuh jenderal Rusia.
NBC, New York Times, dan Washington Post lalu mengutip para pejabat yang mengatakan bahwa intelijen AS telah membantu Ukraina menghantam kapal Moskva Rusia dengan rudal anti-kapal pada bulan lalu.
Baca juga: Presiden Ukraina Samakan Invasi Rusia dengan Nazi di Perang Dunia II: Iblis Telah Kembali ke Eropa
![Tentara AS sedang menembakkan rudal antitank Javelin yang diproduksi Raytheon. Ada 5.000 unit rudal jenis ini telah dikirimkan AS ke medan tempur Ukraina.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/rudal-antitank-javelin.jpg)
Hal itu menjadikannya kapal Rusia terbesar yang ditenggelamkan sejak perang dunia kedua.
Dalam aturan umumnya, spionase dilakukan secara rahasia.
Namun, badan intelijen barat telah mengubah aturan itu selama beberapa bulan terakhir dengan mengumumkan apa yang mereka ketahui tentang persiapan Rusia untuk invasi.
Juga, dengan laporan harian di medan perang dan dari belakang garis Rusia.
Namun, mantan Perwira Intelijen AS menyebut pengungkapan baru ini berbeda, karena menyangkut apa yang telah dilakukan oleh agen spionase AS sendiri, bukan mengomentari keadaan perang.
"Pandangan pribadi saya adalah itu tidak bijaksana. Saya terkejut dengan sejauh mana konfirmasi resmi tentang peran intelijen AS dalam penenggelaman ke Moskow, dan terlebih lagi pembunuhan para jenderal."
"Kekhawatiran besar adalah bahwa konfirmasi publik semacam ini tentang peran AS yang luas dalam kemunduran yang dihadapi Rusia dapat memprovokasi Putin ke dalam eskalasi dengan cara yang mungkin tidak dia rasa perlu untuk meningkat," kata Paul Pillar, mantan pejabar senior CIA, dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Video Detik-detik Ukraina Hancurkan Kapal Rusia di Laut Hitam, Serangan Kapal Kedua setelah Moskva
Selain itu, John Sipher, yang telah bertugas selama 28 tahun di CIA juga sepakat dengan pendapat Paul Pillar.
Menurutnya, keputusan untuk mengungkapkan rincian berbagi intelijen adalah salah arah, tetapi untuk alasan yang berbeda.
"Saya hanya berpikir itu tidak sopan kepada Ukraina," kata Sipher.
"Ini mengambil untung dari orang-orang yang benar-benar ada di lapangan, yang mengambil keuntungan dari intelijen, yang mengumpulkan intelijen mereka sendiri, yang berjuang siang dan malam," tambahnya.
Namun, Sipher tidak berpikir bahwa itu secara signifikan meningkatkan risiko eskalasi antara Rusia dan NATO.
"Putin mengerti bagaimana permainan itu dimainkan. Dia mendapat intelijen untuk mencoba membunuh orang Amerika jika situasinya terbalik, seperti yang dia lakukan di Afghanistan dan tempat-tempat lain. Rusia telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menyerang kami dengan perang siber dan disinformasi," kata Sipher.
"Jadi saya tidak berpikir mereka kesal karena Amerika berbagi intelijen adalah pengubah permainan," terangnya.
Baca juga: Rusia Lancarkan Serangan Udara ke Sekolah yang Dijadikan Tempat Penampungan, 60 Orang Diduga Tewas
Peran Intel AS dalam Membantu Ukraina
Ukraina berhasil menargetkan kapal perang berharga milik Rusia pada April lalu dengan rudal jelajah anti-kapal mereka.
Rupanya, keberhasilan itu mendapat bantuan dari Amerika Serikat (AS).
Awalnya, pasukan Ukraina melihat kapal perang Rusia di Laut Hitam.
Kemudian, mereka menghubungi pihak Amerika untuk mengonfirmasi kebenarannya.
AS pun menjawab bahwa benar itu kapal milik Rusia dan memberikan informasi dari intelijen mereka tentang lokasinya.
Hal ini disampaikan oleh seorang sumber kepada CNN, Kamis (5/5/2022).
Namun, tidak diketahui apakah AS tahu Ukraina hendak menyerang kapal itu dan ada keterlibatan AS dalam aksi penyerangan.
Alhasil, kapal perang Rusia itu tenggelam setelah dihantam dua rudal jelajah Ukraina pada 14 April yang disebut memberikan pukulan berat bagi militer Rusia.
Cerita ini pertama kali disampaikan oleh NBC News, yang menandakan sikap pemerintahan Joe Biden yang semakin condong ke depan dalam membantu Ukraina melalui intelijennya.
Disebut-sebut, hal ini merupakan perubahan kebijakan yang lebih luas untuk membantu Ukraina mengalahkan Rusia dan melemahkan militernya.
Baca juga: China Disebut Pelajari Konflik Rusia-Ukraina untuk Mendapatkan Kontrol atas Taiwan
Seperti diketahui, AS selama berbulan-bulan telah memberikan intelijen kepada pasukan Ukraina tentang pergerakan pasukan Rusia di Ukraina.
Termasuk mengenai komunikasi tentang perencanaan militer Rusia.
Hal ini memberikan keuntungan bagi Ukraina untuk menyadari kemungkinan mereka lebih memahami ancaman yang ditimbulkan oleh kapal-kapal Rusia di Laut Hitam.
Sebab, kapal-kapal tersebut banyak menembakkan rudal ke wilayah Ukraina.
Namun, AS tidak memberikan informasi seluas itu kepada Ukraina.
"Ada juga batasan yang jelas atas apa yang akan dibagikan AS," kata seorang sumber kepada CNN.
Intel AS Bantu Ukraina Bunuh Jenderal Rusia
Selain itu, Intelijen Amerika Serikat juga membantu Ukraina untuk membunuh jenderal Rusia.
Hal ini diungkap oleh pejabat senior Amerika Serikat (AS), The New York Times melaporkan.
Bantuan penargetan dari AS adalah bagian dari upaya rahasia pemerintahan Joe Biden untuk memberikan intelijen medan perang real-time ke Ukraina.
Intelijen itu juga mencakup antisipasi pergerakan pasukan Rusia, di mana menurut AS, Moskow mempunyai rencana pertempuran rahasia di wilayah Donbas di Ukraina timur, kata para pejabat.
Para pejabat menolak untuk merinci berapa banyak jenderal yang tewas akibat bantuan AS.
Namun sejauh ini pejabat Ukraina melaporkan pihaknya telah membunuh sekitar 12 jenderal Rusia di garis depan.
AS telah berfokus pada penyediaan lokasi dan rincian lain tentang markas bergerak militer Rusia, yang sering berpindah-pindah.
Baca juga: Pengguna VPN di Rusia Melonjak Selama Konflik dengan Ukraina
Pejabat Ukraina telah menggabungkan informasi geografis itu dengan intelijen mereka sendiri untuk melakukan serangan artileri dan serangan lain yang telah membunuh jenderal Rusia.
Pembagian intelijen adalah bagian dari peningkatan aliran bantuan AS yang mencakup senjata yang lebih berat dan bantuan puluhan miliar.
Dukungan intelijen AS untuk Ukraina memiliki efek yang menentukan di medan perang, mengonfirmasi target yang diidentifikasi oleh militer Ukraina dan mengarahkannya ke target baru.
Aliran intelijen yang dapat ditindaklanjuti tentang pergerakan pasukan Rusia yang diberikan AS kepada Ukraina memiliki beberapa preseden.
Sejak gagal maju ke Kyiv di awal perang, Rusia telah mencoba untuk berkumpul kembali, dengan dorongan yang lebih terkonsentrasi di Ukraina timur yang terlihat bergerak perlahan dan tidak merata.
Pejabat yang diwawancarai untuk artikel ini berbicara dengan syarat anonim untuk membahas rincian intelijen rahasia yang dibagikan dengan Ukraina.
Pemerintah telah berusaha untuk merahasiakan sebagian besar rahasia intelijen medan perang, karena takut itu akan dilihat sebagai eskalasi dan memprovokasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke dalam perang yang lebih luas.
Pejabat AS tidak akan menjelaskan bagaimana mereka memperoleh informasi di markas besar pasukan Rusia, karena takut membahayakan metode pengumpulan mereka.
Namun selama perang, badan intelijen AS telah menggunakan berbagai sumber, termasuk satelit rahasia dan komersial untuk melacak pergerakan pasukan Rusia.
Menteri Pertahanan Lloyd J Austin III melangkah lebih jauh dengan mengatakan pada bulan lalu bahwa pihaknya ingin melihat Rusia melemah ke tingkat yang tidak dapat melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukan dalam menginvasi Ukraina.
Ditanya tentang intelijen yang diberikan kepada Ukraina, John F Kirby, juru bicara Pentagon, mengatakan mereka tidak akan berbicara secara rinci tentang informasi itu.
Akan tetapi Kirby mengakui bahwa AS memberi Ukraina informasi dan intelijen yang dapat digunakan untuk membela diri.
Baca juga artikel lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Maliana/Rica Agustina)