Soal Peran Bantu Ukraina, Intelijen AS Diminta Berhenti Menyombongkan Diri
Mantan Perwira Intelijen AS meminta penerus mereka yang saat ini menjabat untuk diam dan berhenti menyombongkan diri.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Media Amerika memberitakan tentang peran Intelijen AS dalam membantu Ukraina membunuh jenderal Rusia dan menyerang kapal perang Rusia.
Hal ini membuat mantan Perwira Intelijen AS meminta penerus mereka yang saat ini menjabat untuk diam dan berhenti menyombongkan diri tentang perannya dalam keberhasilan militer Ukraina.
Sebelumnya, Gedung Putih menyebut, AS memang berbagi intelijen dengan pasukan Ukraina, tapi tidak secara khusus dibagikan dengan tujuan membunuh jenderal Rusia.
NBC, New York Times, dan Washington Post lalu mengutip para pejabat yang mengatakan bahwa intelijen AS telah membantu Ukraina menghantam kapal Moskva Rusia dengan rudal anti-kapal pada bulan lalu.
Baca juga: Presiden Ukraina Samakan Invasi Rusia dengan Nazi di Perang Dunia II: Iblis Telah Kembali ke Eropa
Hal itu menjadikannya kapal Rusia terbesar yang ditenggelamkan sejak perang dunia kedua.
Dalam aturan umumnya, spionase dilakukan secara rahasia.
Namun, badan intelijen barat telah mengubah aturan itu selama beberapa bulan terakhir dengan mengumumkan apa yang mereka ketahui tentang persiapan Rusia untuk invasi.
Juga, dengan laporan harian di medan perang dan dari belakang garis Rusia.
Namun, mantan Perwira Intelijen AS menyebut pengungkapan baru ini berbeda, karena menyangkut apa yang telah dilakukan oleh agen spionase AS sendiri, bukan mengomentari keadaan perang.
"Pandangan pribadi saya adalah itu tidak bijaksana. Saya terkejut dengan sejauh mana konfirmasi resmi tentang peran intelijen AS dalam penenggelaman ke Moskow, dan terlebih lagi pembunuhan para jenderal."
"Kekhawatiran besar adalah bahwa konfirmasi publik semacam ini tentang peran AS yang luas dalam kemunduran yang dihadapi Rusia dapat memprovokasi Putin ke dalam eskalasi dengan cara yang mungkin tidak dia rasa perlu untuk meningkat," kata Paul Pillar, mantan pejabar senior CIA, dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Video Detik-detik Ukraina Hancurkan Kapal Rusia di Laut Hitam, Serangan Kapal Kedua setelah Moskva
Selain itu, John Sipher, yang telah bertugas selama 28 tahun di CIA juga sepakat dengan pendapat Paul Pillar.
Menurutnya, keputusan untuk mengungkapkan rincian berbagi intelijen adalah salah arah, tetapi untuk alasan yang berbeda.
"Saya hanya berpikir itu tidak sopan kepada Ukraina," kata Sipher.