Cerita Warga Sumatera Utara Terjebak di Ukraina, Sembunyi dari Pasukan Vladimir Putin di Bunker
Iskandar, Warga Binjai, Sumatera Utara mengaku bahwa tak percaya bisa selamat karena peluangnya untuk bertahan hidup hanya 10 persen.
Editor: Wahyu Aji
![Cerita Warga Sumatera Utara Terjebak di Ukraina, Sembunyi dari Pasukan Vladimir Putin di Bunker](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/warga-binjai-terjebak-di-ukraina.jpg)
“Mereka mencari saya untuk jawaban tentang apa yang harus dilakukan, dan saya tidak tahu harus berkata apa kepada mereka. Beberapa dari mereka bahkan tidak bisa berbicara, mereka sangat ketakutan.”
Iskandar akhirnya dievakuasi dari pabrik plastik setelah tiga minggu, naik van ke Kyiv dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Lviv.
Iskandar dan tim yang biasa membuat tas belanja dan sarung tangan plastik ternyata mampu memanfaatkan infrastruktur bersejarah pabrik tersebut.
Setiap hari ketika dia berjalan di halaman pabrik, Iskandar memperhatikan sebuah bangunan kecil yang dia duga adalah toilet luar yang tidak terpakai.
Ternyata, bangunan itu menyembunyikan rahasia: itu adalah pintu masuk ke bunker bawah tanah dan labirin terowongan di bawah lantai pabrik.
Rencana Melarikan Diri
Selama perang dunia kedua, Chernihiv berada di bawah pendudukan Jerman dari tahun 1941 hingga 1943, dan merupakan lokasi penjara Nazi.
Bunker bawah tanah itu berasal dari masa pendudukan, dan sekarang Iskandar dan rekan-rekannya menggunakannya untuk bersembunyi dari roket Rusia.
“Suhu saat itu -5C (23 Fahrenheit) di bawah tanah dan kami semua masing-masing mengenakan tiga mantel dan topi,” katanya.
Pintu masuk ke bunker bawah tanah. Iskandar mengira itu adalah toilet yang tidak digunakan.
“Kami tidur di atas palet kayu yang telah kami buat menjadi tempat tidur dan makan buah dan roti. Kami memiliki satu pemanas kecil tetapi hampir tidak menghangatkan kami.”
Pada hari keempat di bawah tanah, sekelompok pasukan Ukraina tiba untuk beristirahat dan memulihkan diri di bunker, membawa serta sebuah van yang berisi mayat rekan-rekan mereka yang gugur.
"Saya bisa melihat kaki salah satu tentara yang tewas mencuat dari van ketika mereka membuka pintu," katanya.
“Kami memutuskan untuk bergerak di atas tanah lagi setelah itu. Karena semakin banyak tentara datang, saya pikir pabrik adalah tempat yang tidak aman untuk berlindung karena kami akan menjadi sasaran.”