G7: Blokade Rusia atas Laut Hitam Buat Jutaan Orang Kelaparan, Gandum Ukraina Tak Bisa Diekspor
Menteri Luar Negeri dari G7 menyebut jutaan orang bisa mati kelaparan jika Rusia terus memblokade Laut Hitam dan menghalangi ekspor gandum Ukraina.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri dari G7 menyebut jutaan orang bisa mati kelaparan jika Rusia terus memblokade Laut Hitam dan menghalangi ekspor gandum Ukraina.
Dilansir The Guardian, Kanselir Jerman Olaf Scholz memperingatkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin selama panggilan telepon pada Jumat (13/5/2022) keras kepala.
Para menteri dari Kanda, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) mengutuk Moskow karena memicu krisis pangan.
Menurut G7, Putin mendorong sekitar 43 juta orang menderita kepalaran dengan menolak mengijinkan gandum diekspor dari Ukraina melalui pelabuhan Laut Hitam.
Baca juga: RANGKUMAN Sejumlah Peristiwa yang Terjadi Selama Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-82
Baca juga: Diterjang Banjir, Desa di Ukraina Terbebas dari Serangan Militer Rusia
"Perang agresi Rusia yang tidak diprovokasi dan direncanakan, telah memperburuk prospek ekonomi global dengan harga makanan, bahan bakar, dan energi naik tajam," kata G7 dalam sebuah pernyataan bersama.
"Ditambah Rusia yang memblokir jalan keluar untuk gandum Ukraina, dunia sekarang menghadapi keadaan rawan pangan dan malnutrisi yang makin memburuk," imbuh pernyataan tersebut.
Menteri Luar Negeri Kanada Mélanie Joly, mengatakan kepada wartawan bahwa semua orang perlu memastikan gandum dikirim ke dunia.
"Jika tidak, jutaan orang akan menghadapi kelaparan," tegasnya.
Baca juga: Mata-mata Ukraina Sebut Kudeta untuk Gulingkan Putin Sedang Berlangsung: Mustahil Menghentikannya
Keberhasilan militer Ukraina
Seruan itu datang ketika para pejabat Ukraina mengklaim beberapa keberhasilan militer besar.
Wali Kota Kharkiv mengatakan bahwa Rusia telah mundur "jauh" dari kota terbesar kedua di Ukraina, Sabtu (14/5/2022).
Staf umum tentara Ukraina yang menggemakan pernyataan tersebut mengatakan Rusia meninggalkan posisi mereka di sekitar kota timur laut, yang berjarak 50 kilometer dari perbatasan Rusia.
Gubernur regional, Oleh Sinegubov mengatakan penembakan 'tanpa belas kasihan' yang dialami penduduk sipil wilayah itu juga telah berhenti, sementara pasukan Ukraina meluncurkan serangan balasan di dekat kota Izium.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-81, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Pasukan Putin rebut wilayah di Donbas