Ajudan Putin Sebut Barat Ingin Memperbudak Ukraina secara Finansial
Ajudan atau pembantu Presiden Rusia Vladimir Putin, Vladimir Medinsky, menyebut Barat ingin memperbudak Ukraina.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Ajudan atau pembantu Presiden Rusia Vladimir Putin, Vladimir Medinsky, menyebut Barat ingin memperbudak Ukraina.
Medinsky, pada Minggu (22/5/2022) mengatakan Barat sedang berusaha mengikat Ukraina dengan kewajiban keuangan dan politik, sehingga generasi masa depan Ukraina harus membayarnya.
"(Barat sedang berusaha untuk) memperbudak Ukraina, untuk mengikatnya dengan kewajiban keuangan dan politik, yang sayangnya, akan mengubah Ukraina menjadi koloni," katanya dalam wawancara dengan saluran televisi ONT Belarus.
Ia sempat menyinggung negara Afrika yang menerima bantuan AS dan Inggris.
Baca juga: Gus Muhaimin: Perang Rusia-Ukraina Ancaman Serius Perekonomian Indonesia
Baca juga: Rusia Larang 963 Orang Amerika Masuk Negaranya, Ada Biden hingga Mark Zuckerberg, Donald Trump Boleh
"Saya tidak bermaksud menyakiti salah satu negara Afrika tetapi nasib seperti itu selalu menyedihkan - nasib mereka yang mengambil bantuan seperti itu dari Inggris dan Amerika," kata Medinsky, dikutip dari TASS.
"Mereka harus berpikir dua kali tentang itu," tambahnya memperingatkan.
Menurut dia, pihak berwenang Ukraina mengerti itu dengan sangat baik.
"Mereka bukan orang bodoh, mereka memahaminya dengan baik. Mereka hanya berharap bukan mereka, tetapi generasi mendatang yang harus membayar harganya," katanya.
Medinsky menilai, bantuan Barat ke Ukraina merupakan usaha untuk menyakiti lawannya yakni Rusia.
"Tentu saja, ini bukan hanya tentang menyakiti Rusia. Ini tentang membuat Rusia hancur berkeping-keping."
"Mereka bukan yang pertama memikirkannya," ujar Medinsky.
"Tidak ada yang berhasil," pungkasnya.
Rusia Siap Negosiasi
Ajudan Putin, Vladimir Medinsky, dalam kesempatan itu juga menyampaikan bahwa Rusia siap melanjutkan pembicaraan dengan Ukraina.
"Kami, di pihak kami, siap untuk melanjutkan dialog. Tetapi saya ingin menekankan bahwa bola pembicaraan damai lebih lanjut ada di pengadilan Ukraina. Pembekuan pembicaraan adalah inisiatif sepenuhnya Ukraina," katanya dalam wawancara, lapor TASS.
Menurutnya, Moskow tidak pernah menolak pembicaraan damai termasuk di tingkat atas.
Ia mengatakan, Presiden Putin sudah berulang kali menegaskan hal tersebut.
"Masalahnya adalah persiapan serius diperlukan untuk pertemuan tingkat atas, pertemuan antara presiden," kata Medinsky, menambahkan bahwa dokumen harus dirancang untuk pertemuan semacam itu.
"Kepala negara harus bertemu untuk mencapai kesepakatan akhir dan menandatangani dokumen, tetapi tidak untuk mengambil foto," jelasnya.
Menurut Medinsky, sebulan yang lalu pihak Rusia merujuk kepada pihak Ukraina sebuah rancangan perjanjian dan sejumlah posisi utamanya telah disepakati.
Namun menurutnya, Kyiv tidak memiliki niat untuk melanjutkan dialog tersebut.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan perang hanya bisa diselesaikan melalui diplomasi.
Baca juga: Pengakuan Tentara Rusia yang Terpaksa Ikuti Perintah Putin: Saya Tidak Ingin Jadi Bagian dari Perang
Baca juga: Dapat Harga Murah, China Tambah Impor Minyak dari Rusia
"Akhirnya akan melalui diplomasi," katanya kepada saluran televisi Ukraina.
Perang "akan berdarah, akan ada pertempuran tetapi hanya akan berakhir secara definitif melalui diplomasi."
Negosiasi antara Kiev dan Moskow terhenti, dengan kedua negara saling menyalahkan.
Masalah utama yang menghambat pembicaraan adalah apakah Rusia harus mempertahankan wilayah yang telah direbutnya dalam perang, atau menarik kembali ke perbatasannya yang diakui secara internasional.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)