WHO: Wabah Monkeypox Terutama Menyebar Lewat Hubungan Sejenis
Menurutnya, pola penyebaran kasus Monkeypox kali ini berbeda dari beberapa tahun lalu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
"Banyak penyakit dapat menyebar melalui kontak seksual. Anda bisa terkena batuk atau pilek melalui kontak seksual, namun itu tidak berarti bahwa itu adalah penyakit menular seksual," kata Penasihat WHO tentang HIV, Hepatitis, dan penyakit lainnya, Andy Seale.
Virus ini menyebar melalui kontak erat dengan orang, hewan maupun bahan yang telah terinfeksi virus.
Kemudian virus itu memasuki tubuh melalui kulit yang rusak, saluran pernafasan, mata, hidung dan mulut.
Kendati demikian, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, meskipun penularan dari manusia ke manusia diyakini terjadi melalui tetesan pernafasan pula, metode itu membutuhkan kontak tatap muka yang berkepanjangan, karena tetesan tidak dapat menularkan pada jarak lebih dari beberapa kaki.
"Ini adalah virus yang sangat stabil di luar inang manusia, sehingga dapat hidup di benda-benda seperti selimut dan hal-hal seperti itu. Jadi anda bisa melihat situasi di mana orang menjadi enggan untuk memakai pakaian, hal-hal seperti itu, di mana hal itu bisa mengganggu di daerah di mana virus ini menyebar, seperti New York City," kata mantan Komisioner Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS, Dr. Scott Gottlieb.
Dr. Gottlieb pun memprediksi akan ada lebih banyak kasus yang dikonfirmasi di AS dalam beberapa pekan mendatang, saat dokter dan pejabat kesehatan masyarakat mengevaluasi kembali pasien yang telah menunjukkan gejala.
Sementara pada saat yang sama, virus pun terus menyebar.
Menurut CDC AS, Monkeypox merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dalam keluarga yang sama dengan cacar, namun tidak separah itu.
Kendati demikian, berdasarkan pengamatan di Afrika, Monkeypox dapat membunuh 1 dari 10 orang yang terjangkit penyakit tersebut.
Menurut WHO, vaksin yang digunakan untuk mencegah cacar tampaknya memiliki efektivitas mencapai sekitar 85 persen dalam mencegah Monkeypox, ini dilihat dari penelitian observasional di Afrika.
"Namun vaksin ini tidak tersedia secara luas, sehingga penting untuk mencadangkannya bagi populasi yang paling berisiko," kata Ahli Epidemiologi terkemuka WHO untuk penyakit Zoonosis, Maria Van Kerkhove.
Oleh karena itu, kata dia, WHO akan bekerja sama dengan produsen vaksin untuk melihat apakah mereka dapat meningkatkan kapasitas produksinya.
Gejala awal Monkey termasuk diantaranya demam, sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot dan energi menurun.
Kemudian gejalanya berkembang menjadi ruam pada wajah, tangan, kaki, mata, mulut atau alat kelamin yang berubah muncul benjolan atau papula yang melepuh dan sering menyerupai cacar air.