Misteri Penyebab Hepatitis Akut, Apakah Adenovirus, Anjing atau Covid-19?
Para ilmuwan masih belum yakin terkait penyebab munculnya hepatitis akut yang menyerang kelompok anak-anak di banyak negara.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Para ilmuwan masih belum yakin terkait penyebab munculnya hepatitis akut yang menyerang kelompok anak-anak di banyak negara.
Namun penyelidikan menunjukkan virus umum yang disebut adenovirus kemungkinan berkaitan.
Para ahli yang menyelidiki kasus tersebut pun mengesampingkan hubungan penyakit ini dengan anjing pada awal Mei lalu.
Dikutip dari laman ITV News, Rabu (25/5/2022), Profesor Kesehatan Anak dan Pengobatan Wabah di University of Liverpool, Calum Semple mengatakan dalam sebuah pengarahan bahwa penyelidikan tidak menemukan adanya indikasi kontak dengan anjing pada penyakit ini.
Sementara itu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) sebelumnya mencatat bahwa sekitar 70 persen dari sampel anak-anak yang terkena dampak memiliki kontak baru-baru ini dengan anjing atau mereka memang memelihara anjing.
Profesor Hepatologi Pediatrik di Universitas Birmingham dan Rumah Sakit Wanita dan Anak Birmingham, Deirdre Kelly mengatakan bahwa wabah itu mungkin terkait dengan pandemi virus corona (Covid-19).
Baca juga: Pasangan Inggris Curhat Anaknya yang Butuh Transplantasi Hati karena Hepatitis Akut
"Sebagian besar anak-anak yang terinfeksi berusia di bawah 5 tahun, dengan usia rata-rata 3 tahun, jadi mereka adalah anak-anak yang sangat kecil dan akan sangat terisolasi selama masa pandemi.
"Banyak diantara mereka memiliki virus adenovirus yang biasanya tidak berbahaya. Virus ini menyebabkan infeksi dada ringan, namun tidak jelas apakah virus ini merupakan pemicu atau penyebab hepatitis," papar Kelly.
Ia pun menyebutkan tiga kemungkinan alasan munculnya wabah tersebut, yakni:
1. Anak-anak mungkin telah terinfeksi Covid-19 yang merusak hati dan membuat mereka rentan terhadap virus yang biasanya tidak berbahaya.
2. Alih-alih nyawa, Covid-19 mungkin telah merusak sistem kekebalan mereka.
3. Beberapa anak kecil mungkin tidak mengembangkan kekebalan normal.