Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Apa yang Dipelajari Militer Iran dari 2.000 Serangan Rudal Balistik dan Jelajah Rusia di Ukraina?

Jika Rusia dapat menebus kelemahan Angkatan Udaranya dengan persenjataan rudalnya yang besar, mengapa Iran tidak?

Penulis: Malvyandie Haryadi
zoom-in Apa yang Dipelajari Militer Iran dari 2.000 Serangan Rudal Balistik dan Jelajah Rusia di Ukraina?
YouTube
ILUSTRASI - Rudal Iskander 9K720 ISKANDER-M Rusia. 

TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Perang Rusia melawan Ukraina menyedot perhatian dunia dari berbagai perspektif.

Dari sisi militer, apa yang terjadi di kawasan Eropa Timur tersebut tentu menjadi masukan berharga bagi para pengambil kebijakan pertahanan di masing-masing negara, tak terkecuali Iran.

Teheran terus mengawasi dengan cermat peristiwa di Ukraina dengan fokus pada teknologi rudal dan peperangan.

Dari beberapa laporan menyebutkan, Rusia telah meluncurkan hampir 2.000 rudal balistik dan jelajah selama invasi yang sedang berlangsung ke Ukraina.

Baca juga: AS Paksa Rusia Gagal Bayar Utang, Medvedev: Kami Mampu Bayar Pakai Mata Uang Apa Saja

Cakupan dan skala serangannya belum pernah terjadi sebelumnya di ranah peperangan abad ke-21.

Sementara mayoritas masyarakat internasional telah mengutuk pemboman sembarangan Putin di kota-kota Ukraina sampai tingkat tertentu, Republik Islam Iran memiliki sudut pandang berbeda.

Pelajaran bagi Iran

BERITA REKOMENDASI

Seorang analis pertahanan dari Israel, Maya Carlin, mengatakan, Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) dan militer Rusia memiliki strategi paralel dan kapasitas taktis sampai tingkat tertentu.

"Iran telah menyaksikan ketidakmampuan Rusia untuk memproyeksikan superioritas udara atas Ukraina dan mengamati ketergantungan konsekuensinya pada persenjataan misilnya untuk mempertahankan keunggulan atas musuhnya," ujarnya seperti ditulis 19fortyfive.com.

Dalam beberapa tahun terakhir, IRGC telah bergantung pada pengembangan persenjataan misilnya untuk berfungsi sebagai alat pencegahan yang penting.

Invasi Rusia ke Ukraina telah membuktikan manfaat dari strategi ini.

Baca juga: Russel Bentley Sebut Penyerahan Azovstal Runtuhkan Moral Tempur Ukraina

Dalam lima tahun terakhir ini, persenjataan rudal Iran telah berkembang pesat hingga mencakup rudal balistik yang sangat akurat, rudal jelajah, dan drone.

"Sementara Iran mungkin pertama kali mulai memprioritaskan pengembangan misilnya dengan ambisi utama menggunakannya sebagai sistem pengiriman nuklir, keberhasilan Teheran dalam memanfaatkan senjata-senjata ini dalam konflik dan misi baru-baru ini telah membuktikan kegunaan yang tersembunyi," katanya.

Ia menambahkan, IRGC telah menggunakan persenjataan canggihnya yang baru untuk melakukan serangan yang menargetkan Negara Islam di Suriah, fasilitas minyak di Arab Saudi, dan kelompok Kurdi di Irak utara.

Iran juga telah memasok milisinya di seluruh wilayah dengan drone bermuatan bahan peledak yang lebih mematikan.

Penekanan Iran pada kemampuan rudalnya bahkan dijabarkan dalam buletin internal dari IRGC.

Bunyinya, "Rudal, dengan membangun keseimbangan rasa takut, dapat mencegah perang dan akan memaksa musuh untuk melakukan diplomasi."

Sementara dorongan untuk memajukan persenjataan misilnya dimulai bertahun-tahun sebelum invasi Rusia ke Ukraina, konflik yang sedang berlangsung telah memperkuat pernyataan Iran.

Menurut Middle East Institute, Wakil Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Aziz Nasirzade, menyebut penggunaan rudal Rusia di Ukraina sebagai momen yang bisa dipelajari.

Dia menambahkan, “Pelajaran utama dari perang Ukraina adalah bahwa Anda tidak dapat menutup mata pada pencegahan dan berbicara tentang membatasi kekuatan rudal (militer) Anda.”

Selain itu, pemboman terus-menerus Rusia terhadap Ukraina telah mengesampingkan tampilan kekuatan udara Angkatan Udara yang lemah.

Meskipun kinerjanya buruk di langit, rentetan rudal Rusia telah menyebabkan kehancuran skala besar dan kemunduran bagi tentara Ukraina.

Seperti diketahui, Angkatan Udara Iran menerbangkan badan pesawat AS yang sangat ketinggalan zaman dan tidak akan mungkin memproyeksikan kekuatan udara melawan musuh-musuhnya dalam konflik.

Jika Rusia dapat menebus kelemahan Angkatan Udaranya dengan persenjataan rudalnya yang besar, mengapa Iran tidak?

Logika bahwa suatu negara tidak dapat bergantung pada jaminan dari kekuatan asing untuk menjamin keamanannya telah membentuk prioritas taktis Iran.

Negosiasi nuklir bersama AS-Iran yang sedang berlangsung di Wina tidak membuahkan hasil, dan rezim memandang negosiasi ini sebagai genting dan tidak dapat diandalkan.

"Di mata kepemimpinan Iran, kekuatan misilnya yang tumbuh dan berkembang adalah satu-satunya cara untuk mencapai pencegahan yang efektif," pungkas Carlin.

Skala penuh

Sementara dalam beberapa hari terakhir, pasukan Rusia melakukan serangan skala penuh untuk mengepung pasukan Ukraina di kota kembar yang dibelah sungai di timur Ukraina, pertempuran yang bisa menentukan keberhasilan atau kegagalan Moskow.

Tepat tiga bulan setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukan Rusia menyerang Ukraina, pihak berwenang di kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv membuka kembali layanan kereta metro bawah tanah, tempat ribuan warga sipil berlindung selama berbulan-bulan.

Langkah tersebut merupakan bukti keberhasilan militer terbesar Ukraina dalam beberapa pekan terakhir, mendorong sebagian besar pasukan Rusia keluar dari jangkauan artileri Kharkiv, seperti yang mereka lakukan dari ibu kota Kyiv pada Maret lalu.

Tetapi, pertempuran yang menentukan dari fase terakhir perang masih berkecamuk lebih jauh ke selatan, di mana Rusia berusaha untuk merebut wilayah Donbas yakni Donetsk dan Luhansk, dan menjebak pasukan Ukraina di sebuah kantong di front utama timur.

"Sekarang kami mengamati fase paling aktif dari agresi skala penuh yang diluncurkan Rusia terhadap negara kami," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina Oleksandr Motuzyanyk dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.

"Situasi di front (timur) sangat sulit karena nasib negara ini mungkin sedang diputuskan (di sana) sekarang," ujarnya, seperti dikutip Reuters.

Inggris kirim kapal perang

Inggris bersama sekutu-sekutunya di NATO sedang berusaha mengirim kapal perang ke Odessa di Laut Hitam, dengan dalih membawa bahan pangan ke Ukraina.

Dikutip surat kabar Daily Mail, Selasa (24/5/2022), kapal-kapal perang Inggris kemungkinan akan dikirim ke Odessa, untuk mengawal kapal-kapal bahan pangan penting Ukraina, dan mematahkan blokade pelabuhan-pelabuhan Laut Hitam.

Saat ini Inggris sedang melakukan koordinasi dengan sekutu-sekutunya di NATO terkait program pengiriman kapal perang ke pelabuhan Odessa di Laut Hitam untuk mengawal kapal-kapal ekspor bahan pangan ke Ukraina.

Baca juga: Denmark Ternyata yang Pasok Harpoon ke Ukraina, Rudal Penghancur Kapal Laut

Sehari sebelumnya Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis mengaku sudah berbicara dengan Menlu Inggris soal upaya menciptakan sebuah "koridor keamanan".

Menurut Daily Mail, Inggris dan NATO sekarang sedang membersihkan ranjau laut Rusia, di sekitar pelabuhan selatan, kemudian mengawal dan melindungi kapal-kapal kargo pengangkut bahan pangan Ukraina, dari kemungkinan serangan kapal-kapal Rusia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas