Apa yang Dipelajari Militer Iran dari 2.000 Serangan Rudal Balistik dan Jelajah Rusia di Ukraina?
Jika Rusia dapat menebus kelemahan Angkatan Udaranya dengan persenjataan rudalnya yang besar, mengapa Iran tidak?
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Perang Rusia melawan Ukraina menyedot perhatian dunia dari berbagai perspektif.
Dari sisi militer, apa yang terjadi di kawasan Eropa Timur tersebut tentu menjadi masukan berharga bagi para pengambil kebijakan pertahanan di masing-masing negara, tak terkecuali Iran.
Teheran terus mengawasi dengan cermat peristiwa di Ukraina dengan fokus pada teknologi rudal dan peperangan.
Dari beberapa laporan menyebutkan, Rusia telah meluncurkan hampir 2.000 rudal balistik dan jelajah selama invasi yang sedang berlangsung ke Ukraina.
Baca juga: AS Paksa Rusia Gagal Bayar Utang, Medvedev: Kami Mampu Bayar Pakai Mata Uang Apa Saja
Cakupan dan skala serangannya belum pernah terjadi sebelumnya di ranah peperangan abad ke-21.
Sementara mayoritas masyarakat internasional telah mengutuk pemboman sembarangan Putin di kota-kota Ukraina sampai tingkat tertentu, Republik Islam Iran memiliki sudut pandang berbeda.
Pelajaran bagi Iran
Seorang analis pertahanan dari Israel, Maya Carlin, mengatakan, Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) dan militer Rusia memiliki strategi paralel dan kapasitas taktis sampai tingkat tertentu.
"Iran telah menyaksikan ketidakmampuan Rusia untuk memproyeksikan superioritas udara atas Ukraina dan mengamati ketergantungan konsekuensinya pada persenjataan misilnya untuk mempertahankan keunggulan atas musuhnya," ujarnya seperti ditulis 19fortyfive.com.
Dalam beberapa tahun terakhir, IRGC telah bergantung pada pengembangan persenjataan misilnya untuk berfungsi sebagai alat pencegahan yang penting.
Invasi Rusia ke Ukraina telah membuktikan manfaat dari strategi ini.
Baca juga: Russel Bentley Sebut Penyerahan Azovstal Runtuhkan Moral Tempur Ukraina
Dalam lima tahun terakhir ini, persenjataan rudal Iran telah berkembang pesat hingga mencakup rudal balistik yang sangat akurat, rudal jelajah, dan drone.
"Sementara Iran mungkin pertama kali mulai memprioritaskan pengembangan misilnya dengan ambisi utama menggunakannya sebagai sistem pengiriman nuklir, keberhasilan Teheran dalam memanfaatkan senjata-senjata ini dalam konflik dan misi baru-baru ini telah membuktikan kegunaan yang tersembunyi," katanya.
Ia menambahkan, IRGC telah menggunakan persenjataan canggihnya yang baru untuk melakukan serangan yang menargetkan Negara Islam di Suriah, fasilitas minyak di Arab Saudi, dan kelompok Kurdi di Irak utara.