Jalin Kerjasama Militer, Rusia dan China Kompak Lakukan Patroli Udara di Asia Pasifik
Untuk mengeratkan hubungan Moscow dan Beijing, angkatan militer Rusia ajak pemerintah China untuk menggelar patroli bersama di kawasan Asia Pasifik
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSCOW – Untuk mengeratkan hubungan Moscow dan Beijing, angkatan militer Rusia mengajak pemerintah China untuk menggelar patroli bersama di kawasan Asia Pasifik.
Patroli udara tersebut dilakukan setelah China kecewa atas keputusan Amerika Serikat (AS) pada konferensi tingkat tinggi (KTT) Quadrilateral Security Dialogue (Quad), yang diselanggarakan di Tokyo, Selasa (24/5/2022).
Dalam konferensi tersebut Biden menyatakan ketersediaannya untuk membela Taiwan jika China nekat menggelar serangan atas masalah reunifikasi atau penyatuan China dan Taiwan.
Baca juga: China: AS Akan Bayar Harga Yang Tak Tertahankan, Jika Salah Langkah Soal Taiwan
Hal inilah yang kemudian membuat China geram hingga menyetujui ajakan Rusia untuk menggelar patroli udara, dengan alasan mempererat kerjasama militer Rusia dan China
Dilansir dari Reuters patroli udara dilakukan Rusia dan China dengan mengelilingi wilayah Laut Cina Timur kemudian berlanjut melintasi Laut Jepang dan Laut Filipina, selama 13 jam.
Dimana dalam patroli tersebut militer Rusia nampak menunggangi pesawat pembom Tu-95mc sementara China mengendarai pesawat pembom Xian H-6.
Munculnya kabar ini lantas memicu kekhawatiran AS, departemen luar negeri Amerika, Ned Price meyakini bahwa patroli militer yang dilakukan Rusia dan China merupakan bagian dari upaya untuk melawan AS.
Bahkan untuk mencegah Rusia dan China melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, sekutu AS yaitu Korea Selatan dan Jepang ikut mengawal misi patroli China-Rusia.
Baca juga: Pasokan Senjata ke Taiwan Lebihi Rp 102 Triliun, China Tuduh AS Langgar Komitmen
"China tidak akan meninggalkan Rusia. Sebaliknya, latihan tersebut menunjukkan bahwa China siap membantu Rusia mempertahankan timurnya sementara Rusia berperang di baratnya," jelas Price.
Meski patroli tersebut mengundang banyak kontroversi dari berbagai negara karena dituding akan membahayakan kedaulatan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Namun Kementerian Pertahanan Rusia menegaskan, bahwa tindakan patroli ini sudah sesuai dengan ketentuan hukum internasional sehingga patroli tidak akan melanggar wilayah udara negara asing.