Keran Gas Rusia Ditutup Industri Austria Bisa Terpukul
Pemerintah Austria menurut Knill, tidak memiliki rencana jika terjadi penghentian pasokan gas dari Rusia.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
![Keran Gas Rusia Ditutup Industri Austria Bisa Terpukul](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/austria-kembali-lockdown_20211123_081716.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, WINA - Penangguhan pasokan gas Rusia akan menjadi pukulan serius bagi kesejahteraan rakyat Austria, karena mengancam sekitar 300.000 pekerjaan.
Kabar ini diwartakan Russia Today mengutip surat kabar Kronen Zeitungyang mewawancarai Presiden Federasi Industri Austria, Jumat (27/5/2022).
Menurut pemimpin federasi itu, Georg Knill, hampir semua industri makanan bergantung pada pasokan "bahan bakar biru."
Produksi baja juga membutuhkan kapasitas besar, katanya, seraya mencatat industri lain juga akan terpukul atau sangat terpengaruh.
Pemerintah Austria menurut Knill, tidak memiliki rencana jika terjadi penghentian pasokan gas dari Rusia.
Sementara kabinet dilaporkan mulai membuat skema warga tak boleh menyalakan pendingin udara di apartemen.
Baca juga: Austria Tegaskan Mereka Netral, Belum Ingin Jadi Anggota NATO
Baca juga: Tak Ingin Kena Ultimatum Putin, Austria dan Hungaria Setuju Bayar Gas Rusia Pakai Rubel
Baca juga: Kanselir Austria Ancam Rebut Depot Gas Terbesar Rusia di Salzburg
Knill mengatakan pihak berwenang pertama-tama dapat memutus aliran gas ke perusahaan negara, yang menjadi perhatian utama pemilik bisnis negara.
Dia menekankan Rusia dapat "mematikan keran," jika Uni Eropa sepakat berhenti mengimpor gas Rusia. Blok tersebut sebelumnya berjanji untuk meninggalkan bahan bakar fosil pada 2040-2050.
Sementara mengikuti kebijakan Rusia, raksasa energi Austria OMV sedang bersiap membuka rekening rubel di Gazprombank Rusia.
Langkah itu dilakukan supaya mereka bisa membayar pasokan gas dalam mata uang Rusia. Perusahaan mengatakan pembayaran berikutnya akan jatuh tempo bulan ini.
Barat sudah merasakan "konsekuensi manis" dari sanksinya terhadap Rusia, tetapi langkah-langkah ini akan tetap berlaku "untuk waktu yang sangat, sangat lama."
Hal ini diingatkan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev. Sejak awal serangan militer Rusia ke Ukraina, AS, Uni Eropa, Inggris, dan banyak negara lain telah menerapkan pembatasan keras terhadap Moskow.
Rusia menganggap tindakan sepihak atau unilateral itu melanggar hukum dan tidak dapat dibenarkan.
Berbicara di forum kewirausahaan Partai Rusia Bersatu, Medvedev, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan dunia barat mendorong dirinya ke krisis global pakai tangannya sendiri.