Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

60-100 Tentara Ukraina Meninggal Setiap Hari dalam Perang Melawan Rusia

Pekan ini, Presiden Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa 60-100 serdadu Ukraina tewas dalam pertempuran setiap harinya.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in 60-100 Tentara Ukraina Meninggal Setiap Hari dalam Perang Melawan Rusia
HANDOUT / UKRAINIAN PRESIDENTIAL PRESS SERVICE / AFP
Gambar selebaran ini diambil dan dirilis oleh layanan pers kepresidenan Ukraina pada 5 Juni 2022, menunjukkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (tengah) mengunjungi posisi garis depan militer Ukraina selama perjalanan kerja ke wilayah Zaporizhzhia. 

TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA - Jumlah tentara Ukraina terus berkurang selama lebih dari 100 hari perang dengan Rusia.

Pekan ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui 60-100 serdadu Ukraina tewas dalam pertempuran setiap harinya.

Ukraina memiliki sekitar 250.000 tentara pria dan wanita  sebelum perang dan tengah merekrut 100.000 pasukan tambahan.

Sejauh ini, Ukraina  enggan mengumumkan berapa banyak korban jiwa tentaranya akibat perang.

Ukraina dan Rusia kerap merilis klaim jumlah korban tewas di pihak lawan.

Baca juga: Inggris Kirim Senjata Peluncur Roket M270 ke Ukraina untuk Bantu Hadapi Rusia

Namun, klaim dari kedua pihak tersebut diyakini dibesar-besarkan untuk alasan kehumasan.

Klaim-klaim itu tidak bisa diverifikasi secara independen.

Berita Rekomendasi

Seiring pertempuran di Donbass, gencarnya gempuran Rusia membuat pihak Ukraina diyakini menderita kerugian semakin besar.

Kehilangan pasukan Ukraina terlihat dari semakin banyaknya kuburan baru.

Di Zhytomyr, sekitar 140 kilometer barat ibu kota Kiev, sebuah kuburan telah menampung 40 jasad tentara selama 100 hari perang.

Salah satu tentara yang belakangan dimakamkan di situ adalah Kolonel Oleksandr Makachek.

Kolonel Makhachek terbunuh di Oblast (daerah setingkat provinsi) Luhansk, tempat pasukan Rusia dan separatis tengah memfokuskan gempuran ke kota Sievierodonetsk dan Lysychansk. Ia terbunuh pada 30 Mei 2022.

Segera setelah merampungkan penguburan Makhachek, petugas kuburan menyiapkan pemakaman lain, menunjukkan cepatnya tentara Ukraina berguguran di front Donbass.

Di dekat kuburan Makhachek, nisan lain milik Viacheslav Dvornitskyi menunjukkan tanggal kematian 27 Mei 2022.

Nisan-nisan lain menunjukkan para serdadu yang terbunuh dalam jangka waktu berdekatan, 5, 7, 9, 10 Mei.

Kesibukan dan pemandangan serupa juga terdapat di kuburan-kuburan lain di Zhytomyr dan kota-kota serta desa-desa lain.

Di antara tentara yang menghadiri pemakaman Makhachek pada Jumat (3/6/2022) lalu adalah Jenderal Viktor Muzhenko, kepala staf umum Angkatan Bersenjata Ukraina hingga 2019.

Jenderal Muzhenko memperingatkan bahwa   jatuhnya korban jiwa di pihak Ukraina bisa bertambah buruk.

“Ini adalah salah satu momen kritis dalam perang, tetapi ini bukan puncaknya,” kata Muzhenko kepada Associated Press.

“Ini adalah konflik paling signifikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Itu menjelaskan mengapa jatuhnya korban sangat besar. Untuk meredam jatuhnya korban, sekarang Ukraina perlu senjata kuat yang bisa menandingi atau bahkan melampaui persenjataan Rusia,” lanjutnya.

Konsentrasi serangan artileri Rusia di front Donbass diyakini menjadi sebab banyaknya korban jiwa di pihak Ukraina.

Letjen Ben Hodges, purnawirawan mantan komandan pasukan Amerika Serikat (AS) di Eropa, mendeskripsikan strategi Rusia sebagai “pendekatan atrisi Abad Pertengahan.”

Atrisi yang dimaksud Hodges adalah pengikisan kekuatan lawan secara terus-menerus.

Menurutnya, AS, Inggris Raya, dan negara-negara Barat lain mesti segera mengirimkan persenjataan berat untuk menghancurkan baterai-baterai artileri Rusia.

“Pertempuran ini jauh lebih mematikan dibanding apa yang kita lihat selama lebih dari 20 tahun di Irak dan Afghanistan, di situ kita tidak menyaksikan jumlah (korban) seperti ini,” kata Letjen Hodges.

Besarnya jumlah korban di pihak Ukraina memunculkan pertanyaan sampai kapan negara itu bisa bertahan dari invasi Rusia.

Ukraina sendiri punya tenaga mengingat populasinya mencapai 41 juta jiwa, tetapi terdapat beragam proses yang memakan waktu.

“Masalahnya adalah perekrutan, pelatihan, dan membawa mereka ke garis depan,” kata Kolonel Mark Cancian, pensiunan marinir AS yang kini menjadi penasihat senior di lembaga wadah pemikir Center for Strategic and International Studies (CSIS).

“Jika perang ini sekarang menjadi perjuangan atrisi jangka panjang, maka Anda harus membangun sistem untuk mendapatkan (tentara) pengganti. Ini adalah momen sulit bagi setiap angkatan bersenjata dalam pertempuran,” lanjutnya.

Meskipun demikian, Jenderal Muzhenko yakin bahwa pengakuan Zelensky atas banyaknya korban jiwa justru akan menggembleng semangat juang pasukan Ukraina.

Lebih lanjut, ia menyebut bantuan senjata Barat bisa membalikkan situasi medan pertempuran.

“Lebih banyak yang diketahui rakyat Ukraina tentang apa yang terjadi di front, kehendak untuk melawan akan semakin bertumbuh,” kata Muzhenko.

“Ya, jumlah korbannya signifikan. Namun, dengan bantuan sekutu kami, kami bisa meminimalisasi dan menguranginya dan beranjak untuk melakukan serangan yang sukses. Ini memerlukan persenjataan yang kuat,” lanjutnya.

Sumber: Associated Press/Kompas.TV

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas