Di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global Muncul Fenomena 'Shrinkflation' di Sejumlah Negara, Apa Itu?
Di Amerika, sekotak kecil tissue yang beberapa bulan lalu memiliki 65 lembar kertas tissue, kini hanya 60 lembar.
Editor: Hasanudin Aco
Domino's Pizza pada bulan Januari lalu mengumumkan akan mengecilkan ukuran sayap ayam dalam paketnya, dari 10 potong menjadi 8 potong, namun dengan harga yang sama yaitu $7,99. Domino merujuk kenaikan harga ayam sebagai penyebabnya.
Kepala Komunikasi Korporat di Dabur, India, salah satu layanan konsumen dan bisnis makanan di negara itu, “down-switching” – salah satu istilah lain untuk penyusutan – dilakukan di sebagian besar wilayah pedesaan, di mana orang-orang yang lebih miskin dan lebih rentan terhadap harga. Perusahaan hanya mendongkrak harga di kota-kota.
Pakar: “Shrinkflation” Untungkan Produsen
Hitendra Chaturvedi, pakar manajemen rantai pasokan di Arizona State University’s W.P. Carey School of Business, mengatakan ia tidak ragu jika banyak perusahaan yang berjuang mengatasi kelangkaan sumber daya dan biaya bahan baku yang lebih tinggi.
Tetapi di sebagian kasus, keuntungan perusahaan-perusahaan itu – atau penjualan yang dikurangi biaya menjalankan bisnis – juga meningkat secara eksponensial, dan Chaturvedi merasa ini mengganggu.
Ia menunjuk pada Mondelez International, yang mulai mengecilkan ukuran coklat batangan Cadbury Dairy Milk di Inggris tanpa menurunkan harganya.
Pendapatan operasional perusahaan itu naik 21 % pada tahun 2021, tetapi turun pada kuartal pertama tahun 2022 karena tekanan biaya.
Sebagai perbandingan, laba operasional PepsiCo naik 11 % pada tahun 2021, dan melonjak hingga 128 % pada kuartal pertama tahun 2022.
“Saya tidak mengatakan mereka mencari untung, tetapi sepertinya demikian,” ujar Chaturvedi.
“Apakah kita menggunakan kendala pasokan sebagai senjata untuk menghasilkan lebih banyak uang?”.
Sumber: VOA Indonesia