CDC Tolak Teori Penularan Monkeypox Lewat Udara
Inggris juga memasukkan Monkeypox dalam daftar 'penyakit menular berkonsekuensi tinggi' yang dapat menyebar melalui udara.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ATLANTA - Pejabat di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) pada Jumat kemarin menolak gagasan bahwa virus cacar monyet (Monkeypox) dapat menyebar melalui udara.
Mereka mengatakan virus tersebut biasanya ditularkan melalui kontak fisik secara langsung dengan luka atau bahan yang terkontaminasi dari pasien.
"Virus ini juga dapat ditularkan melalui tetesan pernapasan yang dikeluarkan oleh pasien terinfeksi yang melakukan kontak fisik dengan orang lain. Namun virus ini tidak bisa berlama-lama di udara dalam jarak jauh," kata CDC.
Dikutip dari laman The New York Times, Minggu (12/6/2022), para ahli yang meneliti penularan virus ini melalui udara pun tidak setuju dengan CDC.
Menurut mereka, CDC belum sepenuhnya mempertimbangkan kemungkinan bahwa tetesan pernapasan, besar atau kecil, dapat terhirup pada jarak yang lebih dekat dari seorang pasien.
Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa ahli mengatakan bahwa meskipun penularan Monkeypox melalui udara 'jarak pendek' jarang terjadi, hal itu mungkin tetap memerlukan tindakan pencegahan.
Baca juga: Polandia Laporkan Kasus Pertama Monkeypox
Di sisi lain, Inggris juga memasukkan Monkeypox dalam daftar 'penyakit menular berkonsekuensi tinggi' yang dapat menyebar melalui udara.
"Penularan melalui udara mungkin bukan rute penularan yang dominan atau sangat efisien, namun masih bisa terjadi. Saya pikir WHO benar, dan pesan CDC menyesatkan," kata Pakar Virus Udara di Virginia Tech, Linsey Marr.
Di Amerika Serikat (AS), kata CDC, wabah Monkeypox telah meningkat menjadi 45 kasus di 15 negara bagian dan District of Columbia.
Penghitungan global telah meningkat secara cepat sejak 13 Mei lalu saat kasus pertama dilaporkan, angkanya kini menjadi lebih dari 1.450.
Sementara itu, setidaknya 1.500 kasus masih dalam tahap penyelidikan.
Secara historis, orang yang terinfeksi Monkeypox telah melaporkan gejala mirip flu sebelum munculnya ruam yang khas.
"Namun beberapa pasien dalam wabah saat ini justru telah mengembangkan ruam terlebih dahulu, dan beberapa tidak memiliki gejala ini sama sekali. Belum ada kematian yang tercatat dalam wabah saat ini," kata Direktur CDC, Dr Rochelle Walensky pada Jumat kemarin.