Ahli: Peringatan Populasi Rentan Monkeypox Tidak Boleh Menstigma Kelompok Tertentu
Monkeypox global saat ini dilaporkan merupakan pria yang mengidentifikasi diri LGBT. Para ahli menekankan bahwa virus ini dapat menyerang siapa saja.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Erik S
Monkeypox terutama ditularkan melalui kontak langsung dan erat.
Baca juga: WHO Matangkan Pedoman soal Tata Cara Penanganan Pasien Cacar Monyet
Oleh karena itu, mudah dijelaskan mengapa hal itu dapat menyebar diantara pasangan seksual.
Namun, alasan mengapa proporsi yang lebih tinggi terjadi diantara pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis hingga kini masih belum jelas.
Sementara itu, Badan sanitasi Rusia, Layanan Federal untuk Pengawasan Perlindungan Hak Konsumen dan Kesejahteraan Manusia mengklaim pada 8 Juni lalu bahwa tidak ada kasus Monkeypox yang dilaporkan di Rusia.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa, 1.158 kasus Monkeypox telah tercatat di 22 negara di Eropa.
Lembaga tersebut juga melaporkan bahwa di seluruh dunia saat ini ada 1.882 kasus yang telah dikonfirmasi.
Baca juga: Apakah Cacar Monyet Bisa Sebabkan Bekas Luka Keloid?
Sebelumnya, Rusia telah meliberalisasi beberapa Undang-undang (UU) LGBTQ+ setelah jatuhnya Uni Soviet pada 1991.
Namun, masih ada banyak kendala yang dihadapi komunitas ini di negara itu.
Menurut Dewan Kesetaraan Global, pihak berwenang Rusia telah berulang kali menolak perizinan untuk diadakannya parade Pride bagi komunitas ini dan 'memaafkan pernyataan anti-LGBT yang disampaikan oleh pejabat pemerintah'.
Sebuah UU yang disahkan pada 2013 lalu melarang distribusi propaganda tentang hubungan seksual 'non-tradisional' kepada anak di bawah umur.
Rusia menggunakan bahasa seperti 'non-tradisional', 'nilai-nilai tradisional' atau 'keluarga tradisional' dalam UU tentang komunitas LGBTQ+.
Ada kekhawatiran bahwa stigma tentang pria gay dan biseksual yang melekat pada Monkeypox dapat menghambat aktivitas komunitas LGBTQ+ di seluruh dunia.