Bantu Ukraina, AS Dituding Ingin Membungkam dan Melemahkan Rusia
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov menyebut Amerika Serikat (AS) bertujuan melemahkan Rusia di panggung internasional.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov menyebut Amerika Serikat (AS) bertujuan melemahkan Rusia di panggung internasional.
Bicara dalam program "Moscow, Kremlin, Putin." di TV Rossiya 1 yang tayang pada Minggu (19/6/2022), Lavrov mengklaim Washington ingin Moskow tidak memiliki suara terhadap persoalan dunia.
Namun, kata dia, hal tersebut tidak akan berhasil.
Saat ditanya soal tujuan sebenarnya AS di Ukraina, ia mengatakan konflik Ukraina digunakan AS dan sekutunya sebagai cara melemahkan Rusia.
"Mereka (AS) mengejar tujuan yang telah lama mereka umumkan: Rusia harus tahu tempatnya, Rusia (harus) tidak memiliki suara dalam urusan internasional, Rusia harus mematuhi aturan yang ditetapkan oleh AS," kata menteri itu, dikutip dari Russia Today.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia: Zelensky Prediksi Eskalasi Serangan hingga Ukraina Proses Masuk Uni Eropa
Baca juga: Pasokan Gas dari Rusia Berkurang, Jerman Beralih ke Batu Bara

Namun, tambahnya, Washington tampaknya menyadari fakta bahwa itu tidak akan berhasil.
Komentar Lavrov muncul ketika Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada media Jerman, Bild, bahwa senjata pasokan Barat dapat mengusir pasukan Rusia dari Donbas.
Kepala NATO juga secara terbuka dilaporkan menyatakan bahwa blok tersebut berencana tidak lagi menunjuk Moskow sebagai mitra, tetapi sebagai ancaman keamanan, dalam pembaruan konsep strategi berikutnya.
Peringatan dari PM Inggris dan Sekjen NATO

Dalam komentar terpisah yang rilis pada Minggu (19/6/2022), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, memperingatkan sekutu Barat untuk bersiap menghadapi konflik jangka panjang di Ukraina.
Stoltenberg dan Johnson juga menegaskan kembali bahwa pemerintah Barat harus terus mendukung Ukraina untuk mencegah agresi dari Presiden Rusia Vladimir Putin di masa depan.
"Kita harus bersiap untuk kenyataan bahwa itu bisa memakan waktu bertahun-tahun," kata Stoltenberg.
"Kita tidak boleh putus asa dalam mendukung Ukraina. Bahkan jika biayanya tinggi, tidak hanya untuk dukungan militer, juga karena kenaikan harga energi dan pangan," jelasnya, dikutip dari CNN.
Di surat kabar The Sunday Times, PM Johnson menyerukan dukungan untuk Ukraina dan memperingatkan para negara pendukung Kyiv.