Putin Disebut Takut dengan Percikan Demokrasi Seiring Rencana Ukraina Gabung Uni Eropa
Kanselir Jerman, Olaf Scholz menilai Presiden Rusia Vladimir Putin khawatir dengan "percikan demokrasi" yang menyebar di negaranya.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Kanselir Jerman, Olaf Scholz menilai Presiden Rusia Vladimir Putin khawatir dengan "percikan demokrasi" yang menyebar di negaranya.
Menurut Scholz, Putin sedang mencoba memecah Eropa dan kembali ke dunia yang didominasi oleh lingkup pengaruh.
Pemimpin Jerman ini mengungkapkan pandangannya terhadap Putin dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Muenchner Merkur, yang dirilis pada Senin (20/6/2022).
"Presiden Rusia harus menerima bahwa ada komunitas demokrasi berbasis hukum di lingkungannya yang tumbuh semakin dekat," kata dia, menanggapi pertanyaan apakah Putin akan menerima jika Ukraina dekat dengan Uni Eropa.
"Dia (Putin) jelas takut percikan demokrasi menyebar ke negaranya," ujar Scholz, lapor CNA.
Baca juga: Ukraina Serang Anjungan Pengeboran Minyak di Laut Hitam, 3 Orang Terluka dan 7 Dilaporkan Hilang
Baca juga: Vladimir Putin Tegaskan Sanksi Barat Tak Mampu Runtuhkan Ekonomi Rusia
Menanggapi pernyataan ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyangkal anggapan tersebut.
"Percikan api Jerman telah menyebar ke kami beberapa kali. Kami tidak akan membiarkan kebakaran lagi," tulisnya di media sosial.
Istilah lingkup pengaruh atau spheres of influence yang diungkapkan Scholz, sering digunakan dalam kaitannya dengan era Perang Dingin, menurut laporan Russia Today.
Saat itu, dua negara adidaya utama, Amerika Serikat dan Uni Soviet, memberikan pengaruh di berbagai belahan dunia.
Moskow selama bertahun-tahun telah memperingatkan NATO terhadap ekspansi ke timur, dan melihatnya sebagai ancaman langsung terhadap keamanannya.
Potensi masuknya Ukraina ke dalam aliansi dianggap oleh Rusia sebagai salah satu alasan di balik peluncuran operasi militer khusus di Ukraina.
Pernyataan Kanselir Jerman ini menyusul proses Ukraina masuk ke dalam blok Uni Eropa (UE).
Pekan lalu, Komisi Eropa merekomendasikan Ukraina diberi status 'Kandidat' untuk bergabung dengan UE.
Kanselir Jerman Olaf Scholz turut mengamini langkah ini.