Indeks Harga Konsumen Sri Lanka Melonjak 45,3 Persen pada Mei 2022, Tertinggi Sejak 2015
Inflasi utama Sri Lanka meningkat pada Mei 2022 ke level tertinggi sejak 2015. Hal ini karena meningkatnya biaya makanan dan transportasi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, COLOMBO - Inflasi utama Sri Lanka meningkat pada Mei 2022 lalu ke level tertinggi sejak 2015.
Meningkatnya inflasi Sri Lanka disebabkan karena meningkatnya biaya makanan dan transportasi, saat negara pulau itu bergulat dengan krisis ekonomi terburuk dalam 7 dekade.
Departemen Statistik Sri Lanka mengatakan pada Selasa kemarin bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2022 melonjak menjadi 45,3 persen dari tahun sebelumnya, naik dari 33,8 persen pada bulan sebelumnya.
Menurut data Refinitiv dan First Capital Research, angka itu adalah yang tertinggi setidaknya sejak 2015 lalu.
Baca juga: Sri Lanka Turunkan Batas Usia Wanita yang Bekerja di Luar Negeri Menjadi 21 Tahun
Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (22/6/2022), penurunan tajam dalam cadangan devisa telah membuat negara berpenduduk 22 juta orang itu berjuang untuk membayar impor penting makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
Krisis yang sedang berlangsung di Sri Lanka telah memicu melonjaknya inflasi, sebagian disebabkan oleh depresiasi mata uang, kelangkaan domestik dan harga bahan bakar global yang tinggi.
Harga makanan pada Mei lalu bahkan melonjak 58 persen dari tahun sebelumnya, naik dari 45,1 persen pada April 2022.
Biaya transportasi juga mengalami lonjakan 76,7 persen, naik dari 52,5 persen pada tahun sebelumnya, setelah pemerintah negara itu menaikkan harga bensin dan solar pada bulan lalu.
Analis memprediksi bahwa inflasi akan tetap pada tingkat yang tinggi untuk sisa tahun ini, dengan bank sentral Sri Lanka kemungkinan akan menaikkan suku bunga pada tinjauan kebijakannya pada Juli mendatang.
"Saya pikir kita akan melihat peningkatan tekanan sisi penawaran pada bulan Juni juga, terutama dengan biaya transportasi yang lebih tinggi. Tapi seharusnya tidak menjadi peningkatan tajam seperti ini," kata Ahli Ekonomi Makro di perusahaan investasi Asia Securities, Lakshini Fernando.
Delegasi 9 anggota International Monetary Fund (IMF) tiba di Sri Lanka pada awal minggu ini untuk pembicaraan tentang paket dana talangan (bailout).
Sri Lanka berharap bisa meminjam sekitar 3 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dari IMF dan mencapai kesepakatan tingkat staf dengan pemberi pinjaman saat akhir kunjungan tim pada 30 Juni mendatang.
Baca juga: Ekonomi Sri Lanka Terhenti Setelah Pasokan Bahan Bakar Mengering
"Menantikan untuk mencapai kesepakatan tingkat staf dan menyelesaikan program segera," cuit Perdana Menteri (PM) Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe dalam akun Twitter-nya pada Senin malam, setelah pembicaraan dengan tim IMF.
Perwakilan dari Lazard dan Clifford Chance yang telah ditunjuk sebagai Penasehat Keuangan dan Hukum Sri Lanka setelah negara itu menangguhkan pembayaran utang luar negeri sekitar 12 miliar dolar AS, juga tengah berada di ibu Colombo.