Jadikan Ukraina Kandidat Anggota, Uni Eropa Dianggap Punya Niat Tertentu pada Rusia
Jubir Kemenlu Rusia menuduh keputusan Dewan Eropa memberikan status kandidat Uni Eropa ke Ukraina membuktikan tujuan blok itu untuk "mengekang" Rusia
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Rusia menuduh ada maksud tertentu di balik keputusan Dewan Eropa menjadikan Ukraina dan Moldova sebagai kandidat anggota Uni Eropa (UE).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan Uni Eropa bertujuan "mengekang" Rusia.
Ia juga mengklaim UE melanjutkan strateginya untuk "pengembangan geopolitik aktif ruang CIS" untuk "menahan Moskow".
"Selain itu, segala cara digunakan – mulai dari pengaruh finansial dan ekonomi hingga dukungan militer," tambah Zakharova, dikutip dari Russia Today.
Pejabat Kremlin ini menilai strategi tersebut membuat UE menutup mata terhadap kriteria ketat untuk menerima anggota baru.
Baca juga: Warga Uni Eropa Bersiap Hidup Tanpa Pasokan Gas Rusia dan Lonjakan Inflasi
Baca juga: Besok Jokowi akan Berangkat ke Jerman, Lalu Kunjungi Ukraina-Rusia untuk Temui Zelensky dan Putin
Padahal hal tersebut telah diterapkan kepada kandidat-kandidat UE lainnya.
"Masa depan 'Eropa Bersatu', cita-cita demokrasinya dikorbankan demi ekspansi Uni Eropa yang tak terkendali, perbudakan politik dan ekonomi tetangganya," kata Zakharova.
Menurut Zakharova, ini sekali lagi membuktikan bahwa blok tersebut tidak ada hubungannya dengan ekonomi atau kekuatan kreatif di dalamnya.
Dia mengklaim bahwa, dengan memberikan dukungan militer kepada Ukraina, UE berinvestasi atas kelanjutan permusuhan di negara itu.
Ia menilai, Kyiv akan menuntut lebih banyak senjata dengan status barunya tersebut.
"Untuk membunuh warga sipil bersama mereka, menghancurkan infrastruktur sipil, dan menembaki posisi Angkatan Bersenjata Rusia," kata Zakharova, merujuk pada serangan militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina.
Dia mengatakan bahwa pendekatan agresif UE dapat mengakibatkan munculnya "garis perpecahan dan krisis baru yang lebih dalam di Eropa secara keseluruhan."
"Kebijakan Brussel ini tidak ada hubungannya dengan kebutuhan nyata penduduk Ukraina dan negara-negara Uni Eropa," pungkasnya.
Dewan Eropa setuju memberikan status kandidat kepada Ukraina dan Moldova dalam pertemuan puncak Uni Eropa pada Kamis lalu.
Sementara Georgia gagal mendapatkan status yang sama, UE mengakui "perspektif Eropa" negara tersebut.
Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan ketiga negara memiliki pekerjaan sebelum masuk ke tahap selanjutnya.
Sebelumnya, ia mengatakan bahwa Ukraina telah melakukan banyak hal untuk memperkuat supremasi hukum tetapi reformasi masih diperlukan.
Bergabung dengan UE menjadi topik pembicaraan yang menonjol bagi politisi Ukraina pro-Barat selama beberapa dekade.
Dorongan Ukraina untuk bergabung dengan blok itu telah dihidupkan kembali sejak konfliknya dengan Rusia, yang pecah pada akhir Februari.
Update Perang Rusia-Ukraina
Konflik antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung dan telah memasuki hari ke-122.
Berikut sejumlah perkembangan terkini, dilansir Guardian:
- Pasukan Ukraina bersiap untuk mundur dari kota strategis Severodonetsk di timur, setelah pertempuran sengit selama berminggu-minggu.
- Dewan Eropa telah menyetujui bantuan keuangan ke Ukraina senilai 11 miliar dolar AS.
- Kanada dapat menyita dan membuang aset yang dikenai sanksi akibat invasi Rusia ke Ukraina, setelah Senat Kanada mengesahkan anggaran Perdana Menteri Justin Trudeau, pada Kamis. Pemerintah kemudian akan dapat menggunakan dana dari aset yang disita untuk mendukung Ukraina.
- Lebih dari 3.000 lumba-lumba di Laut Hitam telah mati akibat invasi Rusia ke Ukraina, menurut para ilmuwan Ukraina.
Baca juga: Pasukan Ukraina Mundur, Apa Arti Kemenangan Rusia di Severodonetsk?
Baca juga: Rusia Rekrut Pekerja Konstruksi, Guru hingga Politisi untuk Bangum Kembali Ukraina
- Penculikan massal telah terjadi di Melitopol, menurut laporan wali kota.
"Lebih dari 500 orang telah diculik dalam empat bulan terakhir," kata Ivan Fedrov, seraya menambahkan bahwa penculikan massal kembali terjadi di wilayah yang diduduki Rusia pekan lalu.
- Wakil Menteri Pertanian Ukraina menilai, negaranya membutuhkan satu dekade untuk membangun kembali infrastruktur pelabuhan Laut Hitam, yang diblokade oleh Rusia hingga ekspor gandum global terhenti.
- Rusia telah meluncurkan 70 rudal ke Odesa sejak 24 Februari, kata jaksa wilayah kota barat daya itu. Menurut jaksa, sebagian besar rudal telah menargetkan daerah pemukiman dan fasilitas umum.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)