Dari Monkeypox hingga Polio, Inilah Mengapa Begitu Banyak Virus Menyerang Inggris
Gordon Richardson, pria asal London Inggris bercerita awal mula mengetahui dirinya terkena polio.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Namun pada Rabu lalu, Inggris mengumumkan insiden nasional setelah para ahli membunyikan alarm tentang deteksi polio yang diturunkan dari vaksin di sistem pembuangan limbah London.
Serangkaian hasil tes positif sejak Februari lalu menunjukkan ada penularan yang sedang berlangsung di timur laut London.
Namun polio bukanlah virus berbahaya dan bukan virus pertama yang tiba di Inggris dalam 6 bulan terakhir.
Karena selain virus corona (Covid-19), Inggris telah mendeteksi jenis flu burung H5 yang mematikan pada Januari lalu, demam Lassa pada Februari, demam berdarah Krimea-Kongo pada Maret, dan cacar monyet (Monkeypox) pada Mei 2022.
"Ada nama untuk apa yang kita lihat saat ini di Inggris dan di tempat lain. Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa kecil yang mungkin menandakan sesuatu yang lebih besar di cakrawala, penyakit menular bekerja dengan cara yang hampir sama," kata seorang Profesor Epidemiologi Penyakit Menular di Universitas Edinburgh, Prof Mark Woolhouse.
Obrolan terkait berbagai penyakit pun semakin menguat, beberapa terkait dengan peningkatan kesadaran terhadap penyakit menular pasca-Covid dan sistem pengawasan yang diperkuat.
Namun para ahli, termasuk Prof Anthony Fauci dari Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan 'era pandemi baru'.
Namun faktor-faktor pendorong penyebaran virus baru dan yang sudah ada saat ini 'bukan merupakan hal yang baru'.
Pertumbuhan populasi, ekonomi yang berkembang pesat dari negara-negara yang sebelumnya tidak berkembang, perambahan manusia ke dalam hutan dan pertumbuhan perdagangan satwa liar semuanya berperan dalam kemunculan virus-virus ini.
Perubahan iklim juga menggeser geografi penyakit.
Sebuah makalah pada awal tahun ini memperingatkan terkait kemungkinan adanya lonjakan yang 'berpotensi menghancurkan' dalam jumlah patogen baru yang melompat diantara mamalia selama 50 tahun ke depan.
Makalah ini memperkirakan 'minimal setidaknya akan ada 15.000' peristiwa limpahan baru pada 2070, jika suhu naik 2 derajat Celcius.
"Awal abad ke-21 telah menjadi badai yang sempurna untuk munculnya penyakit menular, dan semuanya mengarah pada kemungkinan semakin banyak wabah. Semua pemicu wabah semakin buruk, bukan lebih baik seiring waktu," tegas Prof Woolhouse.
Beberapa ahli mengatakan jumlah penyakit baru yang melanda Inggris dalam 6 bulan terakhir juga dapat dikaitkan dengan gangguan terkait pandemi, pelonggaran pembatasan, dan pergeseran pola migrasi dari Eropa pasca-Brexit (British Exit).