Pencari suaka Sudan Selatan Nyalada Gatkouth Jany yang mencoba menyeberangi Laut Mediterania empat kali dan masuk penjara di Libya, dipotong rambutnya di Pusat Transit Darurat Gashora di Gashora, Rwanda, pada 10 Juni 2022. - Pusat Transit Darurat Gashora dibuka pada tahun 2019 menyusul kesepakatan antara pemerintah Rwanda, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), dan Uni Afrika untuk membuat pusat transit di mana permintaan status pengungsi mereka diperlakukan secara eksternal. Pusat transit itu melindungi 1.055 pencari suaka yang dievakuasi dari Libya. Sejauh ini, 628 telah dipindahkan ke negara-negara barat seperti Norwegia, Kanada, atau Prancis dengan status pengungsi. 457 saat ini berada di kamp.
(Photo by Simon Wohlfahrt / AFP)
TRIBUNNEWS.COM, RWANDA - Ratusan migran masih berada di pusat transit darurat Gashora, Rwanda, menunggu diterbangkan ke sejumlah negara barat dengan status pengungsi.
Frustasi menghinggapi sejumlah migran yang menunggu menunggu harapannya untuk ke negara barat terwujud.
Migran dari Afrika yang mengalami kekerasan di negaranya dan hidup dengan kemiskinan ini banyak yang sudah pergi dari negaranya sejak 2016 namun hingga kini belum bisa ke negara barat tujuannya.
Kehidupan para migran sangat memprihatinkan namun saat ini lebih baik sejak Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan Uni Afrika membuka pusat transit darurat Gashora pada 2019.
Sejauh ini, 628 migran telah dipindahkan ke negara-negara barat seperti Norwegia, Kanada, atau Prancis dengan status pengungsi. Sedangkan 457 migran saat ini masih berada di kamp.