Kisah Tetsuya Yamagami Dengan Perubahan Hidupnya Sehingga Jadi Pembunuh Mantan PM Jepang
Kebencian Yamagami muncul kepada Abe karena janji kelompok agama itu untuk membantu ibunya tidak kunjung datang sehingga ibunya dan dia sendiri jadi
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mantan perwira Pasukan Bela Diri Maritim Tetsuya Yamagami (41), yang ditangkap karena percobaan pembunuhan dalam kasus penembakan mantan PM Jepang Shinzo Abe (67) kemarin (8/7/2022) di Nara menjadi perhatian banyak pihak.
Di mana terjadi perubahan hidupnya sehingga dia akhirnya jadi pembunuh?
Menurut polisi prefektur Nara kemarin malam (8/7/2022) tidak ada interaksi dengan lingkungan sekitarnya baru-baru ini, dan polisi prefektur bergegas untuk mengklarifikasi seluruh motif sang pembunuh Yamagami tersebut.
Yamagami juga mengunjungi tempat pidato di Okayama, dan mengakui kepada polisi, "Saya hanya mencoba membunuhnya."
Yamagami berasal dari sekolah menengah prefektur, yang merupakan salah satu sekolah terkemuka di prefektur Nara.
Menurut teman-teman sekelasnya, dia mendapat kesan bahwa Yamagami adalah "siswa sekolah menengah di mana-mana" (cukup populer), seperti mengobrol dengan teman-teman saat istirahat.
Album kelulusan berisi foto wajah tersenyum dan berat badan saat lahir. Ada tertulis "Saya tidak tahu" tentang masa depan saya.
Setelah lulus dari sekolah menengah pada tahun 1999, Yamagami memasuki Universitas Doshisha selama 3 tahun. Belum lulus sekolah dia ke luar dari Universitas dan menjadi anggota Pasukan Bela Diri Maritim dari tahun 2002 hingga 2005, sekitar 3 tahun. Tampaknya dia memperoleh pengetahuan tentang senjata api selama berada di dalam Marinir (MSDF).
Setelah lepas dari MSDF dan ada isu dia melakukan kesalahan sehingga harus ke luar dari MSDF, tak ada lagi catatan kegiatannya antara 2005-2020.
Dari Oktober 2020 hingga Mei tahun ini, 2022, Dia bekerja sebagai karyawan sementara di sebuah pabrik di prefektur Kyoto, dan bekerja membawa barang bawaan di gudang dengan forklift.
Menurut seorang pejabat pabrik, pekerjaannya serius dan tidak ada masalah, tetapi jumlah kata sedikit dan hampir tidak ada interaksi dengan rekan kerja.
Sekitar pertengahan April 2022 dia berhenti bekerja dengan mengatakan bahwa dia "sakit" dan kemudian pensiun atas kehendaknya sendiri. Saat itu, dia berkata, "Pekerjaan berikutnya belum diputuskan."
Seorang mantan kolega, seorang pria berusia 50-an, berkata, "Saat makan siang, ketika semua orang pergi ke kafetaria, saya selalu makan sendirian di dalam mobil. Saya pikir saya tidak pandai membangun hubungan."