Vladimir Putin Peringatkan Barat, Sanksi Lanjutan Bakal Picu Lonjakan Harga Minyak dan Gas Global
Putin memperingatkan Barat saksi lanjutan terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina dapat memicu kenaikan harga energi global.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Pemimpin Rusia Vladimir Putin pada Jumat (8/7/2022) kemarin, memperingatkan pihak Barat bahwa saksi lanjutan terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina dapat memicu kenaikan harga energi global.
Putin mengatakan seruan Barat untuk mengurangi ketergantungan pada energi Rusia telah membuat pasar bahan bakar global bergejolak dengan kenaikan harga minyak dan gas.
"Penggunaan sanksi lebih lanjut dapat menyebabkan konsekuensi yang lebih parah, tanpa berlebihan, bahkan bencana di pasar energi global," ujar Putin, yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Shinzo Abe di Mata Vladimir Putin: Negarawan Luar Biasa, Ciptakan Hubungan Bertetangga yang Baik
Negara-negara Uni Eropa menegaskan niatnya untuk mengurangi ketergantungan dari gas Rusia, sementara para anggota Group of Seven (G7) mengatakan bulan lalu mereka ingin menerapkan "batas harga" pada bahan bakar fosil Rusia, termasuk minyak.
Putin mengatakan, sanksi yang diterima Rusia dapat menjadi bumerang bagi negara yang memberlakukannya.
"Pembatasan sanksi terhadap Rusia menyebabkan lebih banyak kerusakan pada negara-negara yang memberlakukannya," kata Putin kepada para pemimpin industri minyak dan gas Rusia, termasuk Kepala Eksekutif Rosneft Igor Sechin dan Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak.
Baca juga: Semakin Banyak Pejabat Rusia yang Ditunjuk Jadi Kepala Administrasi di Wilayah Ukraina
Sanksi Barat yang diterima Rusia sejak Moskow menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu, telah merusak asumsi pasar energi dan komoditas, bahkan mengancam pertumbuhan global.
Rusia memiliki kontribusi besar di dalam pasar energi, dan kekhawatiran telah meningkat di negara-negara Eropa termasuk Jerman jika Moskow memotong pasokan energinya ke Eropa.
Eropa mengimpor sekitar 40 persen gas dan 30 persen minyaknya dari Rusia. Rusia merupakan pengekspor minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi, dan pengekspor gas alam terbesar di dunia. Di pasar pangan, Rusia menjadi pengekspor gandum terbesar di dunia.
Pasokan Global
Dengan harga yang terus melonjak, pasar bahan bakar global bersiap menghadapi gangguan pasokan lebih lanjut dari Rusia, saat negara ini mengentikan aliran pipa Nord Stream 1. Rusia mengatakan aliran gas dari pipa yang mengirim pasokan vital ke Jerman ini akan menjalani pemeliharaan mulai 11 Juli hingga 21 Juli.
Perusahaan energi Rusia Gazprom memangkas kapasitas pasokan yang melalui pipa Nord Stream menjadi 40 persen, dengan alasan keterlambatan pengembalian peralatan yang dilayani perusahaan energi Siemens Energy Jerman di Kanada, karena adanya sanksi Barat.
Baca juga: Barat Ingin Kalahkan Rusia di Medan Perang, Putin: Biarkan Mereka Mencoba
Konsorsium Pipa Kaspia (CPC), yang membawa sekitar 1 persen minyak global, diperintahkan oleh pengadilan Rusia untuk menangguhkan operasinya pada Selasa (5/7/2022).
"Kami tahu bahwa Eropa sedang mencoba untuk menggantikan sumber energi Rusia. Namun, kami berharap hasil dari tindakan tersebut adalah kenaikan harga gas di pasar spot dan peningkatan biaya sumber daya energi untuk konsumen akhir." ungkap Putin.
Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia telah memutus aliran gas ke Bulgaria, Polandia, Finlandia, pemasok gas Denmark Orsted, perusahaan gas Belanda Gasterrra dan perusahaan energi Shell untuk kontrak Jermannya, setelah mereka menolak untuk melakukan pembayaran dalam mata uang rubel Rusia.
Baca juga: Vladimir Putin Ancam Akan Bombardir Ukraina Jika Barat Lakukan Ini Terhadap Rusia
Sementara itu, Putin mengungkapkan kondisi sektor bahan bakar dan energi Rusia tetap stabil, dangan peningkatan produksi kondensat minyak dan gas menjadi 10,7 barel per hari pada bulan Juni lalu. Namun dia mengatakan perusahaan energi Rusia harus bersiap menghadapi embargo minyak UE yang akan berlaku akhir tahun ini.
"Pemerintah saat ini sedang mempertimbangkan opsi untuk mengembangkan infrastruktur kereta api dan pipa untuk memasok minyak dan produk minyak Rusia ke negara-negara sahabat," kata pemimpin Rusia ini.