Sistem Roket Ganda M270 Tiba di Kyiv, Pejabat Ukraina: 'Teman Baik' HIMARS di Medan Perang
Pejabat Ukraian mengatakan, sistem peluncuran roket ganda M270 pertama tiba di Ukraina.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov mengatakan, sistem peluncuran roket ganda M270 pertama telah tiba di Ukraina.
"Mereka akan menjadi teman yang baik untuk HIMARS di medan perang," tulis Reznikov di Twitter.
Namun, Reznikov tidak menyebutkan negara mana yang memberikan sistem roket tersebut.
Dilansir Al Jazeera, pernyataan Reznikov merujuk pada sistem sumbangan Amerika Serikat (AS).
Menurut Ukraina, 'sumbangan' itu telah digunakan untuk menyerang depot amunisi dan barak Rusia.
Sementara itu, berikut perkembangan invasi Rusia ke Ukrainapada hari ke-143, Sabtu (16/7/2022), dikutip Tribunnews.com dari beberapa sumber:
Ukraina menerima sumbangan lebih dari 34 juta dolar AS
AS adalah donor tunggal terbesar ke Ukraina dalam perjuangannya untuk menahan invasi Rusia.
Baca juga: UPDATE Perang Rusia Vs Ukraina Hari ke-143: 3 Orang Tewas dalam Serangan Rudal Rusia di Dnipro
Sejauh ini telah diberikan senjata dan peralatan senilai lebih dari 7 miliar dolar AS.
Bagi Ukraina, sumbangan kecil hampir sama berharganya dengan sumbangan besar.
Iran yakinkan Ukraina tidak akan jual drone ke Rusia
Sementara itu, Iran meyakinkan Ukraina, mereka tidak akan menjual drone ke Rusia.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan, negaranya tidak berniat menjual drone ke Rusia, meskipun AS mengklaim bahwa ini adalah suatu kemungkinan.
“Klaim Amerika dalam hal ini tidak berdasar dan lebih merupakan tindakan propaganda menjelang perjalanan Presiden AS (Joe) Biden (Israel),” ujar Hossein Amir-Abdollahian kepada mitranya dari Ukraina, Dmytro Kuleba.
Negaranya selalu berkomitmen pada solusi diplomatik untuk krisis Ukraina, kata kepala diplomat Iran, menurut kantor berita IRNA.
Baca juga: Pejabat Ukraina: 3 Orang Tewas dan 15 Lainnya Terluka dalam Serangan Rudal Rusia di Dnipro
Inggris klaim Rusia bertanggung jawab penuh atas kematian tawanan Inggris
Dikutip The Guardian, Inggris mengatakan Kremlin "bertanggung jawab penuh" atas kematian seorang tawanan Inggris di Ukraina timur ketika petugas penyelamat di Vinnytsia membongkar puing-puing untuk mencari orang hilang setelah serangan roket Rusia.
“Saya terkejut mendengar laporan kematian pekerja bantuan Inggris Paul Urey saat berada dalam tahanan proksi Rusia di Ukraina. Rusia harus memikul tanggung jawab penuh untuk ini," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss.
Petugas penyelamat masih membersihkan puing-puing setelah serangan di Vinnytsia, Ukraina tengah, yang menewaskan sedikitnya 23 orang.
Ukraina tuduh Rusia sengaja serang sasaran sipil
Seorang pejabat tinggi Ukraina menuduh Rusia sengaja meningkatkan serangan mematikannya terhadap sasaran sipil.
Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Ukraina, Oleksiy Danilov mengatakan kepada Guardian, pemantauan serangan Rusia menunjukkan peningkatan penekanan dalam beberapa pekan terakhir untuk meneror penduduk sipil Ukraina.
“Itu bukan emosi saya, tetapi apa yang dikatakan pemantauan kami kepada kami.”
Baca juga: Pertemuan Menteri Keuangan G20 di Bali Berada di Bawah Bayang-bayang Perang Ukraina
Tentara Ukraina kembali dari tahanan Rusia
Seorang tentara terluka yang kembali dari tahanan Rusia telah menceritakan bagaimana pasukan Rusia akan mengancam tentara Ukraina dengan hukuman mati jika mereka menolak untuk bekerja sama.
"Mereka mengatakan bahwa jika Anda tidak bersaksi, jika Anda tidak bekerja sama, akan ada hukuman mati. Anda semua memiliki hukuman mati yang diadili sebagai organisasi teroris Nazi," kata Seorang tentara Azov Denys Piskun mengatakan kepada Azov Media.
Kerugian militer Ukraina
Kerugian militer Ukraina mencapai puncaknya pada Mei , Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov, mengatakan dalam sebuah wawancara baru yang disiarkan pada Jumat (15/7/2022).
"Puncak kerugian terbesar kami terjadi pada bulan Mei, dengan hingga 100 tentara tewas sehari," kata Reznikov kepada BBC.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)