Menlu Ukraina: Rusia Siap Negosiasi setelah Kekalahannya di Medan Perang
Dmytro Kuleba menilai situasi di medan perang harus diubah sebelum negosiasi dan Rusia akan bicara setelah kekalahannya di Ukraina.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengungkapkan potensi negosiasi damai untuk mengakhiri konflik dengan Rusia.
Menurut Kuleba, situasi di medan perang harus diubah terlebih dahulu karena negosiasi terkait langsung dengannya.
"Mari kita ubah situasi di depan, dan kemudian kita akan berbicara. Semua orang mengerti bahwa pembicaraan terkait langsung dengan situasi di depan," ungkap Kuleba dalam wawancaranya dengan Forbes Ukraina, Senin (18/7/2022).
"Saya memberi tahu semua mitra satu hal sederhana: Rusia harus duduk di meja perundingan setelah kekalahannya di medan perang. Jika tidak, itu akan menjadi bahasa ultimatum lagi," ujarnya, dikutip dari Ukrinform.
Menurut diplomat top itu, Presiden Volodymyr Zelensky memiliki posisi prinsip dalam hal ini.
"Dia tidak mengesampingkan kemungkinan negosiasi, tetapi sekarang tidak ada alasan untuk ini mengingat perilaku agresif Rusia," katanya.
Baca juga: Gazprom Rusia Menyatakan Tidak Bisa Jamin Pasokan Gas ke Eropa
Baca juga: Menlu Rusia Sergey Lavrov Sebut Prancis dan Jerman “Bunuh” Perjanjian Minsk 2014
Ia menambahkan bahwa presiden telah menyampaikan hal ini dengan cukup jelas kepada para pemimpin Barat.
Sebelumnya, Kuleba dalam wawancaranya menyatakan bahwa tujuan akhir perang Rusia adalah untuk menghancurkan Ukraina.
Sehingga tidak ada negosiasi damai yang sedang berlangsung.
Ia mengutip sejumlah serangan terbaru Rusia di Vinnytsia, Mykolaiv, Kharkiv, dan di wilayah timur Ukraina.
Dengan ini, kata Kuleba, Rusia tidak menunjukkan kesiapan bernegosiasi damai.
"Saat ini tidak ada pembicaraan damai karena kesalahan pihak Rusia, dan tidak ada yang bertemu tentang topik ini," kata Kuleba.
Tanggapan Moskow
Menanggapi hal ini, jubir Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan bahwa Kyiv tidak menginginkan perdamaian.