Keluarga Tahanan Perang Azov Kebingungan Setelah Penjara yang Menahan Mereka Hancur Dirudal
Peristiwa pengeboman rumah tahanan bagi para tawanan perang Ukraina yang menewaskan setidaknya 50 pejuang Neo-Nazi Azov
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM – Peristiwa pengeboman rumah tahanan bagi para tawanan perang Ukraina yang menewaskan setidaknya 50 pejuang Neo-Nazi Azov menyisakan kisah sedih bagi keluarganya.
Penjara Olenivka di Donetsk hancur setelah dihantam oleh rudal, pada Jumat (30/7/2022) dini hari.
Alina Nesterenko istri salah satu pejuang Azov hanya bisa meratapi nasib suaminya yang tidak diketahui, setelah pengeboman tersebut.
Ia kebingungan karena tak tahu nasib suaminya. Namun ia masih memiliki harapan karena suaminya tidak ada dalam daftar yang meninggal, meski tak tahu nasibnya.
“Saat ini, suami saya tidak ada dalam daftar dan saya yakin dia masih hidup,” kata Alina Nesterenko, yang suaminya dibawa ke penjara di Donetsk yang diduduki Rusia setelah menyerah di Azovstal dikutip dari TheGuardian.
Baca juga: Pasukan Kiev Bombardir Tahanan di Donetsk Gunakan HIMARS, 53 Tentara Neo-Nazi Azov Tewas
“Tapi banyak orang mati, banyak orang terluka di [penjara] Olenivka,” wanita itu menambahkan.
Alina mengatakan, sang suami adalah anggota relawan Neo-Nazi yang menyerah dalam sebuah penyerangan Rusia di pabrik baja Azovstal Mariupol beberapa bulan lalu.
Rusia telah merilis daftar 75 terluka dan 50 tewas – meskipun belum dikonfirmasi oleh pihak berwenang Ukraina atau Komite Palang Merah Internasional (ICRC), yang memantau kondisi di penjara.
“Tidak jelas apa yang terjadi tetapi Anda tidak dapat menghidupkan kembali orang,” kata Nesterenko.
Penjara yang menahan tawanan perang Ukraina (PoWs) dibom pada Kamis malam, menewaskan sedikitnya 50 orang, menurut pihak berwenang Ukraina dan Rusia.
Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas serangan itu.
Ukraina mengatakan Rusia melakukannya untuk menutupi penganiayaan terhadap PoW. Para tahanan seharusnya dilindungi oleh jaminan yang dijamin oleh PBB dan Palang Merah, kata Volodymyr Zelenskiy.
Dia bergabung dengan menteri luar negerinya, Dmytro Kuleba, dalam mendesak organisasi-organisasi itu untuk campur tangan dan menyelidiki.
Sementara itu, otoritas pendudukan Rusia menyalahkan serangan itu pada Ukraina, dengan mengatakan pihaknya menggunakan Himars yang dipasok AS untuk menyerang fasilitas itu untuk mencegah pasukan Ukraina yang mungkin mempertimbangkan untuk menyerah.