Amerika Serikat Bakal Tingkatkan Perdagangan dengan Taiwan Melalui Jalur Laut dan Udara
Amerika Serikat (AS) berencana meningkatkan perdagangannya dengan Taiwan sebagai tanggapan atas perilaku provokatif China ke Taipei.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, TAIPEI – Amerika Serikat (AS) berencana meningkatkan perdagangannya dengan Taiwan sebagai tanggapan atas perilaku provokatif China ke Taipei.
Dalam upaya meningkatkan perdagangannya dengan Taiwan, Amerika akan menggunakan jalur udara dan laut.
“Meskipun ada ketegangan, pasukan AS akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana hukum internasional mengizinkan, konsisten dengan komitmen lama kami terhadap kebebasan navigasi,” kata Kurt Campbell, koordinator Gedung Putih untuk masalah Asia-Pasifik.
Baca juga: Delegasi AS Kunjungi Taiwan Bertemu Presiden Tsai Ing-we, Bahas soal Keamanan hingga Investasi
“Itu termasuk melakukan transit udara dan laut melalui Selat Taiwan dalam beberapa minggu ke depan,” imbuhnya.
Dilansir dari Aljazeera, Senin (15/8/2022) Campbell tidak mengonfirmasi penempatan seperti apa yang akan dilakukan untuk mendukung manuver tersebut, dengan mengatakan bahwa dia tidak memiliki informasi tentang sifat penyeberangan atau pengaturan waktu melintasi Selat Taiwan.
Dia lalu menambahkan bahwa Washington akan mengumumkan 'peta jalan ambisius' untuk hubungan ekonomi yang lebih dalam dengan Taiwan.
Latihan militer terbesar yang pernah ada
Sebelumnya, Beijing telah mengadakan latihan militer skala besar sembari menuduh AS melawan kebijakan resminya di China dan Taiwan.
Taiwan kemudian menuduh China yang menggunakan kunjungan ketua DPR AS Nancy Pelosi sebagai alasan untuk memulai latihan yang disebut Taipei sebagai persiapan untuk invasi.
Sementara itu, Campbell mengatakan bahwa kunjungan Pelosi ke Taiwan merupakan sebuah langkah "konsisten" terhadap kebijakan Washington yang ada dan bahwa China telah "bereaksi berlebihan".
Baca juga: Taiwan Pamer Kecanggihan Senjata Howitzer Usai China Akhiri Latihan Militer
"Beijing menggunakan dalih untuk meluncurkan kampanye tekanan intensif terhadap Taiwan untuk mencoba mengubah status quo, membahayakan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan di kawasan yang lebih luas”, ujar Campbell.
“China telah bereaksi berlebihan dan tindakannya terus menjadi provokatif, tidak stabil, dan belum pernah terjadi sebelumnya.” tambahnya.
Kebijakan 'satu China' Washington
Seorang analis China, Andrew Leung mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tindakan AS di Taiwan sangat bertentangan dengan kebijakan resminya terhadap China, karena kebijakan "satu China" telah dilanggar selama bertahun-tahun atas kunjungan Pelosi ke pulau itu.
Dia juga menambahkan, kunjungan semacam itu memberi Taiwan ruang diplomatik untuk mengambil peran yang hampir independent, seolah-olah Taiwan adalah negara yang terpisah dari China.
Baca juga: POPULER Internasional: Taiwan Pamer Senjata Howitzer | 8 Ledakan di Lapangan Udara Belarusia
“Kenyataannya tetap bahwa kebanyakan orang Taiwan tidak mendukung unifikasi, tetapi mereka juga tidak berani mendeklarasikan kemerdekaan. Mereka ingin memperpanjang status quo selamanya. kata Leung.
“Namun, selamanya bukanlah pilihan karena Presiden Xi Jinping telah menjelaskan bahwa 2049 adalah batas waktu mutlak unifikasi yang merupakan peringatan 100 tahun berdirinya Republik Tiongkok,” pungkasnya.