Peningkatan Kasus Covid-19 dan Lockdown di Xinjiang, Diduga Disebabkan Turis Lokal
Angka kasus Covid-19 di daerah otonom Xinjiang, China dilaporkan meningkat sejak awal bulan Agustus 2022. Diduga penyebaran disebabkan turis lokal.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Endra Kurniawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angka kasus Covid-19 di daerah otonom Xinjiang, China dilaporkan meningkat sejak awal bulan Agustus 2022.
Pihak berwenang mengumumkan mendokumentasikan 410 infeksi Covid-19 tanpa gejala baru di Xinjiang, dengan total warga yang terjangkit sebesar 1.727 orang.
Otoritas China kemudian mengeluarkan kebijakan pengetatan akses keluar masuk, seiring dengan penguncian de facto selama tiga hari untuk wilayah ibu kota Daerah Otonomi Tibet (TAR) Lhasa, yang juga dilaporkan terjadi peningkatan kasus Corona di kota tersebut.
Dilansir dari Radio Free Asia (RFA), seorang pejabat di Kota Praja Langar Kabupaten Qorghas menyebut tengah mengawasi 10 keluarga di desa Yengiavat.
“Kami memberi tahu warga bahwa mereka yang melanggar sistem, yaitu mereka yang turun ke jalan, akan dihukum dan dikirim ke 15-20 hari untuk pendidikan ulang,” kata pejabat yang enggan disebut namanya kepada RFA, dikutip Jumat (19/8/2022).
Baca juga: Presiden Cina Xi Jinping Percepat Xinjiang Jadi Hub Perdagangan Asia-Eropa
Awal pekan ini, media pemerintah China melaporkan pihak berwenang telah memerintahkan penduduk untuk dikarantina di kota Urumqi (Wulumuqi), Ghulja (Yining), Aksu (Akesu), Kumul (Hami), Chochek (Tacheng), Bortala (Bole), dan Kashgar (Kashi).
Seorang pejabat komunitas mengatakan bahwa infeksi baru diperkirakan dibawa oleh turis Tiongkok dari provinsi Gansu, dan wabah virus pertama di Ghulja ditemukan di desa Uchon Dungan.
“Pintu rumah-rumah warga telah disegel, petani dengan kebutuhan mendesak yang diperbolehkan keluar secara bergilir. Petani terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari perangkat desa untuk pergi ke ladang,” kata direktur keamanan tersebut.
Direktur keamanan tersebut mengatakan mereka yang terbukti melanggar penguncian diancam dengan 24 jam penahanan.
“Jika mereka ingin keluar untuk keperluan bertani, mereka akan didampingi aparat desa ke sawah. Kami telah memasang kamera keamanan di setiap rumah, untuk memastikan tidak ada yang mengabaikan penguncian,” terangnya.
Baca juga: Gelombang Panas di China Hambat Pengiriman Suku Cadang hingga Tingkatkan Risiko Inflasi
Adapun penguncian de facto daerah otonomi Tibet di latar belakangi temuan 20 infeksi Corona bergejala dan 127 tanpa gejala. Atas hal itu, pemerintah setempat memerintahkan operasi desinfeksi seluruh kota mulai 12 Agustus 2022 lalu. Warga yang terkonfirmasi positif dikarantina.
Sementara itu, musim pariwisata terus berjalan di Lhasa meski ada kekhawatiran penyebaran wabah dari pengunjung atau para pelancong Tiongkok yang tiba.
Adapun menurut peraturan setempat, hanya pelancong yang keluar dari Lhasa lewat Bandara Gonkar yang harus menjalani tes Covid-19 dalam 48 jam sebelum keberangkatan.
“Peziarah religius Tibet yang ingin mengunjungi Lhasa dari seluruh wilayah mengalami kesulitan mendapatkan izin perjalanan, sementara turis China tidak memiliki masalah untuk mendapatkan izin untuk mengunjungi Tibet,” terangnya.