Studi: Eropa Dilanda Kekeringan Terburuk dalam 500 Tahun
Eropa menghadapi kekeringan terburuk setidaknya dalam 500 tahun belakangan, dua pertiga dari benua dalam keadaan waspada atau peringatan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah badan Uni Eropa (UE) mengatakan Eropa menghadapi kekeringan terburuk setidaknya dalam 500 tahun belakangan.
Dikutip Al Jazeera, dua pertiga dari benua dalam keadaan waspada atau peringatan.
Badan tersebut melaporkan kondisi ini mengurangi pengiriman darat, produksi listrik, dan hasil panen tertentu.
Laporan Agustus dari European Drought Observatory (EDO), badan yang diawasi oleh Komisi Eropa, mengatakan bahwa 47 persen Eropa mengalami kondisi peringatan.
Ini terjadi karena kelembaban di tanah mengering dan 17 persen wilayah dalam keadaan waspada karena vegetasi.
"Kekeringan saat ini tampaknya menjadi yang terburuk dalam setidaknya 500 tahun, dengan asumsi data akhir pada akhir musim mengkonfirmasi penilaian awal," Komisi mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (23/8/2022).
Baca juga: Sungai Rhine Dilanda Kekeringan, Ekonomi Jerman Semakin Terancam
“Kekeringan parah yang mempengaruhi banyak wilayah Eropa sejak awal tahun telah semakin meluas dan memburuk pada awal Agustus,” kata laporan itu.
Dijelaskan bahwa wilayah Eropa-Mediterania barat kemungkinan akan mengalami kondisi yang lebih hangat dan lebih kering dari biasanya sampai November.
Suhu panas yang sangat panas
Sebagian besar Eropa telah menghadapi suhu yang membakar musim panas ini berminggu-minggu.
Cuaca ini memperburuk kekeringan, menyebabkan kebakaran hutan, memicu peringatan kesehatan, dan mendorong seruan untuk lebih banyak tindakan untuk mengatasi perubahan iklim.
Tanaman musim panas telah terdampak, dengan hasil (panen) 2022 untuk biji-bijian jagung ditetapkan menjadi 16 persen di bawah rata-rata lima tahun sebelumnya dan hasil kedelai dan bunga matahari masing-masing akan turun 15 persen dan 12 persen.
Baca juga: Bencana Kekeringan di Lanny Jaya Sebabkan Kelaparan, BNPB Siapkan Upaya Mitigasi
Pembangkit listrik tenaga air telah terkena dampak dan produsen listrik lainnya terpengaruh karena kekurangan air yang memberi makan sistem pendingin.
Reuters mewartakan, ketinggian air yang rendah telah menghambat pengiriman darat, seperti di sepanjang sungai Rhine, dengan berkurangnya beban pengiriman yang mempengaruhi transportasi batu bara dan minyak.
EDO mengatakan curah hujan pertengahan Agustus mungkin telah meringankan kondisi tetapi dalam beberapa kasus, itu datang dengan badai petir yang menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
Indikator kekeringan observatorium berasal dari pengukuran curah hujan, kelembaban tanah dan fraksi radiasi matahari yang diserap oleh tanaman untuk fotosintesis.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)