Pendukung Ulama Syiah Moqtada al Sadr Irak Tinggalkan Zona Hijau setelah Aksi Kekerasan Mematikan
Pendukung ulama Syiah terkemuka dari Irak, Moqtada al Sadr telah mundur dari Zona Hijau di Baghdad setelah diperintahkan sang ulama untuk bubar.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha

Kerusuhan dimulai pada hari Senin ketika al Sadr mengumumkan dia akan mengundurkan diri dari politik dan para pendukungnya menyerbu Zona Hijau.
Situs tersebut pernah menjadi markas militer Amerika Serikat yang sekarang menjadi kantor pemerintah Irak dan kedutaan asing.
“Ini bukan revolusi,” kata al Sadr dalam pidatonya yang disiarkan televisi, yang diikuti dengan permohonan untuk menahan diri dan perdamaian dari beberapa pejabat Irak dan PBB.
Krisis politik Irak
Keputusannya untuk keluar dari politik terjadi setelah berminggu-minggu protes oleh para pendukungnya setelah krisis politik yang telah membuat negara itu tanpa pemerintahan baru, perdana menteri atau presiden selama berbulan-bulan.
Analis International Crisis Group Irak, Lahib Higel, mengatakan al Sadr "jelas ingin menunjukkan kepada saingannya bahwa dia memiliki kendali atas massanya".
Dibuktikan dengan memerintahkan mereka turun ke jalan dan kembali ketika keadaan meningkat terlalu jauh.
Baca juga: Perselisihan Diplomatik Irak dan Turki Dipicu Tewasnya Turis Akibat Kena Peluru Artileri di Baghdad

"Pernyataan Sadr cukup jelas menunjukkan bahwa dia tidak menginginkan eskalasi lebih lanjut," kata Higel kepada Al Jazeera.
Menurut laporan terbaru yang dikutip TASS, 30 orang tewas, dengan lebih dari 300 lainnya terluka.
Juga, protes dan bentrokan telah meletus di wilayah Irak lainnya.
Berita lain terkait dengan Moqtada al Sadr
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)