Hubungan Raja Charles III dengan Timur Tengah hingga Simpati untuk Rakyat Palestina
Raja Charles II dan hubungannya dengan Timur Tengah, simpati untuk rakyat Palestina dan Peran dalam mempromosikan ekspor senjata Inggris.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
![Hubungan Raja Charles III dengan Timur Tengah hingga Simpati untuk Rakyat Palestina](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ribuan-warga-sambut-raja-charles-iii-di-istana-buckingham_20220910_092030.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Raja Charles III secara otomatis menjadi kepala monarki saat ibunya, Ratu Elizabeth II meninggal dunia.
Charles berusia 73 tahun tercatat sebagai pewaris terlama dalam sejarah Inggris.
Dikutip Al Jazeera, keluarga kerajaan Inggris secara konstitusional berkewajiban untuk menjauh dari masalah politik.
Tetapi ketika membahas wilayah Timur Tengah, bukan rahasia lagi bahwa Charles telah membina hubungan dekat dengan keluarga penguasa negara-negara Teluk selama beberapa dekade.
Dia juga menyatakan simpati untuk warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan Israel.
Inilah yang kami ketahui tentang pemikirannya tentang isu-isu utama di wilayah tersebut.
Baca juga: Pangeran Charles Putri Anne Ada di Sisi Ratu Elizabeth II Jelang Detik-detik Meninggalnya Sang Ratu
Peran dalam mempromosikan ekspor senjata Inggris ke Timur Tengah
Menurut sebuah laporan, Charles telah memainkan peran penting dalam memajukan ekspor senjata Inggris senilai 14,5 miliar pound ($ 16,8 miliar) ke monarki dalam dekade terakhir.
Sejak pemberontakan Musim Semi Arab 2011, Charles telah mengadakan 95 pertemuan dengan delapan negara Timur Tengah yang kekuasaan dan kendalinya sempat terancam oleh protes.
Namun, menurut buku setebal 300 halaman berjudul Charles At Seventy: Thoughts, Hopes and Dreams, yang diterbitkan pada tahun 2018, Charles diduga memberi tahu para menteri Inggris bahwa dia tidak lagi ingin menggunakan koneksi Teluknya untuk menjual senjata atas nama perusahaan Inggris di Timur Tengah.
Simpati untuk rakyat Palestina
Charles melakukan perjalanan resmi pertamanya ke Tepi Barat yang diduduki pada Januari 2020.
Dia mengungkapkan kesedihannya karena menyaksikan “penderitaan” dan “kesulitan” yang dialami oleh penduduk Palestina di bawah pendudukan Israel.
Selama pidatonya dari Betlehem, Charles mengatakan tentang harapan akan masa depan Palestina.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.