Ukraina Klaim Telah Jatuhkan Drone Shahed Buatan Iran yang Digunakan Rusia
Militer Ukraina mengklaim telah menjatuhkan drone Shahed buatan Iran yang digunakan Rusia di medan perang.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Militer Ukraina mengklaim untuk pertama kalinya mereka bertemu dengan drone bunuh diri yang dipasok Iran dan digunakan oleh Rusia di medan perang, Selasa (13/9/2022), AP News melaporkan.
Direktorat Komunikasi Strategis militer Ukraina menerbitkan gambar-gambar puing-puing pesawat tak berawak.
Tampak puing-puing tersebut berbentuk segitiga atau delta seperti drone yang diterbangkan oleh Iran yang dikenal sebagai Shahed, atau "Witness" dalam bahasa Farsi.
Pejabat militer dan situs web keduanya mengatakan pasukan Ukraina menemukan pesawat tak berawak di dekat Kupiansk di tengah serangan Kyiv yang menembus garis Rusia di sekitar Kharkiv di front timur.
Gambar tersebut menunjukkan pesawat tak berawak Shahed telah ditembak jatuh oleh pasukan Ukraina dan tidak meledak seperti yang diharapkan.
Sebuah tulisan di pesawat tak berawak itu mengidentifikasinya sebagai "M214 Gran-2", yang diketahui bukan nama persenjataan Rusia.
Baca juga: Hubungan dengan Rusia Makin Mesra, China Siap Turut Membentuk Tatanan Internasional Baru yang Adil
Perwakilan Iran untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Iran memiliki beberapa versi Shahed, yang telah membanjiri kapal induk AS di Teluk Persia.
Drone itu juga telah digunakan oleh pemberontak yang didukung Iran di Yaman, menyerang depot minyak di Arab Saudi dan diduga membunuh dua pelaut di atas kapal tanker minyak di lepas pantai Oman pada tahun 2021.
Shahed berbentuk segitiga diyakini memiliki jangkauan sekitar 2.000 kilometer.
Para ahli menyebut drone pembawa bom seperti itu sebagai "munisi berkeliaran".
Drone terbang ke suatu tujuan, kemungkinan diprogram sebelum penerbangannya, dan meledak di udara di atas target atau menabraknya.
Iran telah semakin dekat dengan Rusia karena menghadapi sanksi yang menghancurkan atas runtuhnya kesepakatan nuklir pada 2018 setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian itu.
Negosiasi atas kesepakatan itu, yang membuat Iran membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi, sekali lagi menemui jalan buntu.
Ukraina dan Iran juga memiliki hubungan yang kurang baik akibat Pengawal Revolusi Iran menembak jatuh sebuah jet penumpang Ukraina pada tahun 2020.
Akibat insiden itu, 176 orang yang berada dalam pesawat tersebut tewas.
Baca juga artikel lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Rica Agustina)