Harga Energi Meroket, Jerman Terancam Krisis Tisu Toilet
Krisis energi Jerman telah memberikan banyak tekanan pada produsen kertas toilet.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Kenaikan harga energi yaitu listrik dan gas, membuat Jerman mengalami krisis tisu toilet.
Krisis energi Jerman telah memberikan banyak tekanan pada produsen kertas toilet.
Beberapa perusahaan di Jerman telah mengalami penurunan atau memangkas produksi kertas toilet.
Kenaikan harga energi tersebut membuat para ekonom khawatir akan dampak yang lebih luas pada industri dan pertumbuhan.
Kepala kebijakan energi dan iklim di asosiasi bisnis BDI, Carsten Rolle mengatakan krisis yang terjadi sekarang ini kemungkinan akan berlanjut.
"Dari apa yang kami dengar, krisis ini mungkin lebih parah untuk industri manufaktur daripada Covid," Carsten Rolle, kepala kebijakan energi dan iklim di asosiasi bisnis BDI, dikutip dari nydailypaper.com.
Baca juga: Jerman Sita Perusahaan Minyak Rusia, Rosneft: Ini Tindakan Ilegal
Perusahaan pembuat kertas seperti Hakle yang berbasis di Duesseldorf mengatakan bahwa kenaikan harga energi membuat perusahaannya bangkrut.
"Dalam waktu yang sangat singkat, harga listrik dan gas telah meledak sedemikian rupa sehingga tentu saja tidak dapat diteruskan ke pelanggan kami dengan begitu cepat," jelas kepala pemasaran perusahaan, Karen Jung, dikutip dari Reuters.
Selain itu, Hakle juga mengatakan kenaikan harga energi menyebabkan harga pulp tinggi, biaya transportasi dan dolar yang kuat.
Jumlah kebangkrutan seperti perusahaan Hakle telah melonjak sejak Agustus.
Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa gelombang kebangkrutan dapat menelan ekonomi terbesar Eropa sebagai konsekuensi lain dari kebuntuan energi Rusia dengan Eropa.
Kenaikan harga energi tahunan di Jerman pada bulan Agustus rata-rata adalah 139 persen, data harga produsen terbaru pada minggu ini.
Baca juga: Jerman Sita Perusahaan Minyak Rusia, Rosneft: Ini Tindakan Ilegal
Menurut lembaga ekonomi IWH, sekitar 718 entitas Jerman mengalami bangkrut pada bulan Agustus, melonjak 26 persen dari tahun sebelumnya.
Diperkirakan angka itu akan tetap di sekitar 25 persen pada bulan September dan naik menjadi 33% pada bulan Oktober.
Perusahaan kertas Jerman saat ini meminta kepada pemerintah Olaf Scholz untuk memberlakukan batas harga energi.
“Itu membebani kami terlalu banyak dan kami kehilangan terlalu banyak uang,” kata Direktur Pelaksana Hakle, Volker Jung.
“Saya tidak berpikir gelombang kebangkrutan dapat dihentikan kecuali kita mendapatkan batasan harga energi.” tambahnya.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)