4 Hal yang Perlu Diketahui Seputar Rumor Kudeta Xi Jinping: Awal Mula hingga Pendapat Para Pakar
Presiden China Xi Jinping dikabarkan dikudeta, bagaimana rumor tersebut muncul dan meluas? Ini kata pakar.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Rumor tentang kudeta Presiden Xi Jinping saat ini sedang meluas di China.
Xi Jinping belum terlihat di depan publik setelah kembali dari KTT Shanghai Cooperation Organisation (SCO) di Uzbekistan.
Ada pula rumor bahwa setelah Xi Jinping digulingkan sebagai kepala Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), dan dijadikan tahanan rumah.
Namun, tidak ada keterangan resmi dari Beijing meski tagar #ChinaCoup trending di media sosial.
Lantas apa yang saat ini terjadi di China?
Berikut fakta-fakta mengenai rumor kudeta Xi Jinping, dihimpun dari FirstPost.
Baca juga: Xi Jinping Dikabarkan Hilang setelah Desas-desus Kudeta Militer di China Meluas
- Bagaimana rumor dimulai
Desas-desus dimulai setelah beberapa akun media sosial yang tidak terverifikasi mengunggah kabar kudeta militer di China.
Sebuah akun Twitter New Highland Vision, yang memiliki lebih dari 20.000 pengikut, menulis pada 22 September bahwa mantan Presiden China Hu Jintao dan mantan Perdana Menteri Wen Jiabao telah membujuk Song Ping, mantan anggota Komite Tetap Politbiro, untuk mengambil kendali Pengawal Pusat Biro (CGB) dari Xi Jinping.
Ketika Xi Jinping mengetahui hal ini, dia kembali dari Samarkand pada 16 September tetapi ditahan di bandara Beijing dan ditempatkan di bawah tahanan rumah, klaim tweet itu.
Namun, pengguna Twitter itu menambahkan bahwa pihaknya belum memverifikasi klaim ini.
Jaringan media gerakan spiritual China yang didukung Falun Gong, termasuk New Tang Dynasty (NTDTV), menerbitkan sebuah artikel yang mengutip bahwa Xi Jinping tidak hadir di seminar pertahanan nasional dan reformasi militer, yang memicu desas-desus tentang 'kudeta', lapor ThePrint.
- Bagimana rumor berkembang luas
Laporan beberapa penerbangan masuk dan keluar dari Beijing dan klaim bahwa kereta api dan bus dibatalkan semakin memicu desas-desus kudeta.
Beberapa orang membagikan video di media sosial yang mengklaim bahwa rombongan militer besar sedang menuju ke ibu kota China.
Video gerakan pasukan itu nyatanya tidak berhubungan dengan kudeta.
Jennifer Zeng, yang memiliki 206 ribu pengikut di Twitter dan mengklaim memiliki informasi tentang China, menulis bahwa hampir 60 persen penerbangan dibatalkan di seluruh negeri pada 21 September.
"Tidak ada alasan yang diumumkan. Pukul 22:35 pada 21 September, ada 16.062 penerbangan direncanakan untuk hari itu, dan 9.583 penerbangan dibatalkan," tulisnya.
Namun, India Today melaporkan bahwa meski beberapa penerbangan dibatalkan, tidak ada penurunan jumlah yang tidak wajar.
Operasi penerbangan tampak normal di Beijing dan aktivitas penerbangan normal dari 22 September hingga 25 September.
Hasil pengecekan fakta tersebut menyimpulkan bahwa ada penurunan jumlah setiap kali ada penyebaran COVID-19 atau muncul klaster.
Pembatalan penerbangan tidak dapat dikaitkan dengan intervensi militer seperti yang diisyaratkan oleh beberapa pengguna media sosial.
Seorang jurnalis bernama Zhao Lanjian, yang berada di pengasingan di Amerika Serikat setelah melarikan diri dari China, adalah orang pertama yang membuat klaim yang tidak berdasar di Twitter tentang pembatalan penerbangan massal karena alasan yang "tidak dapat dijelaskan."
Hal ini kemudian dilaporkan oleh NTDTV.
Analis intelijen sumber terbuka menemukan bahwa beberapa akun dengan pengikut yang sangat sedikit, tidak terhubung dengan media asli dan beberapa dari Afrika, bertindak sebagai penyebar utama rumor, menurut sebuah laporan di Tribune.
Di India, desas-desus itu juga menyebar karena cuitan dari Subramanian Swamy dari Partai Bharatiya Janata.
- Kata Pakar
Penggulingan dan penangkapan Xi Jinping hanyalah spekulasi yang dimulai oleh netizen di media sosial.
Kolumnis Aadil Brar, yang ahli di China, menulis di Twitter:
"Xi kemungkinan besar dikarantina setelah kembali dari SCO. Tidak ada kudeta."
"Sepertinya banyak media alternatif di India yang menerima rumor tersebut."
"Jika ada 'kudeta' terhadap Xi Jinping, maka kudeta akan dipimpin oleh para pemimpin politik dan bukan militer."
"Sebuah 'kudeta' potensial akan memiliki tanda-tanda pergolakan politik yang sangat berbeda."
"Pembatalan penerbangan tidak mencerminkan kekacauan yang akan mengikuti skenario seperti itu," tulis Brar di ThePrint.
Drew Thompson, seorang peneliti senior tamu di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Universitas Nasional Singapura, mengatakan bahwa meski kudeta terhadap Xi mungkin terjadi, hal itu tidak terdengar benar baginya saat ini.
"Ini mungkin angan-angan dari sebagian orang. Mungkin kengerian algoritma Twitter," tulisnya.
Meski laporan kudeta diambil oleh media India, media internasional tidak mengomentarinya.
James Palmer, wakil editor, Foreign Policy, menulis:
"Sama sekali tidak ada sumber dari klaim 'kudeta China', yang beredar melalui media India yang telah digoreng berulang kali yang terbukti sampah di China."
"Desas-desus kudeta muncul seperti setiap enam bulan."
Untuk mengakhiri semua spekulasi, Georg Fahrion, koresponden Beijing dari surat kabar Jerman Der Spiegel, memposting gambar Lapangan Tiananmen dan tempat-tempat utama lainnya di kota dengan tweet satir tentang "kudeta."
"Di dekat Lapangan Tian’anmen dipenuhi preman berpakaian biasa."
"Saya sudah cukup lama berada di China untuk mengetahui bahwa mereka bukan turis," tulisnya.
- Peristiwa sepekan lalu
Pekan lalu, seorang politisi dan lima pejabat polisi dihukum ketika Partai Komunis melanjutkan kampanye anti-korupsi yang diprakarsai oleh Xi Jinping.
Mantan wakil menteri keamanan China Sun Lijun, yang dituduh tidak setia kepada presiden, dipenjara seumur hidup pada hari Jumat.
Hukumannya dijatuhkan setelah lima mantan kepala polisi yang terlibat dalam kasus korupsinya dipenjara awal pekan ini, lapor South China Moring Post.
Pemecatan pejabat tersebut, yang dikatakan sebagai pengkritik Xi, dapat menjadi indikasi bahwa Xi Jinping masih menguasi partai dan tetap menjadi tokoh paling kuat di China.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)