OECD: Negara-negara Ekonomi Terdepan Meluncur ke Dalam Resesi, Perang Ukraina Hambat Pertumbuhan
OECD memperkirakan negara-negara dengan ekonomi terdepan dunia akan mengalami resesi tahun depan. Resesi dipicu krisis energi dan juga akibat perang.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
OECD memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB Inggris akan datar pada tahun 2023.
Akan tetapi proyeksi ini tidak memperhitungkan langkah-langkah yang diumumkan dalam anggaran-mini kanselir Kwasi Kwarteng pada hari Jumat.
OECD memperkirakan penurunan pertumbuhan di zona euro dari 3,1% tahun ini menjadi hanya 0,3% pada 2023.
Artinya, banyak negara di blok mata uang Euro akan menghabiskan setidaknya sebagian tahun dalam resesi.
Resesi didefinisikan sebagai kontraksi dua kuartal berturut-turut.
Prancis bisa lolos dari resesi jika tumbuh sebesar 0,8% tahun depan seperti yang diprediksi oleh OECD.
Tetapi Prancis akan menderita bersama dengan negara-negara Eropa lainnya setelah penurunan peringkat pertumbuhan PDB sejak Juni sebesar 1,3 poin persentase.
Rusia akan menyusut setidaknya 5,5% tahun ini dan 4,5% pada 2023.
Ketergantungan Berlin pada gas Rusia sebelum invasi berarti ekonomi Jerman akan menyusut 0,7% tahun depan, turun dari perkiraan Juni sebesar 1,7%.
OECD memperingatkan bahwa gangguan lebih lanjut pada pasokan energi akan memukul pertumbuhan dan mendorong inflasi, terutama di Eropa.
Masalah energi dapat menjatuhkan aktivitas kembali 1,25 poin persentase dan meningkatkan inflasi sebesar 1,5 poin persentase, mendorong banyak negara ke dalam resesi selama setahun penuh pada tahun 2023.
Output global tahun depan diproyeksikan menjadi $2.8tn lebih rendah dari perkiraan OECD sebelum Rusia menyerang Ukraina.
"Ekonomi global telah kehilangan momentum setelah perang agresi Rusia yang tidak beralasan, tidak dapat dibenarkan, dan ilegal terhadap Ukraina," kata sekretaris jenderal OECD, Mathias Cormann.
"Pertumbuhan PDB telah terhenti di banyak ekonomi dan indikator ekonomi menunjukkan perlambatan yang berkepanjangan."