Rusia Klaim Menang dalam Referendum Ukraina, Zelensky: Tidak Ada yang Perlu Dibicarakan
Rusia mengklaim telah menang dalam referendum empat wilayah Ukraina. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menyebut tidak ada yang perlu dibicarakan.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pejabat pro-Rusia di empat wilayah Ukraina mengklaim hasil referendum menyebut ingin bergabung dengan Moskow.
Referendum tersebut dikecam oleh sebagai tipuan oleh pemerintah Ukraina dan pihak Barat.
Dengan tidak adanya pengakuan tersebut, pemungutan suara ini dipantau secara independen.
Pemungutan suara dilakukan di wilayah timur Donetsk dan Luhansk yang ingin memisahkan diri.
Sementara di wilayah selatan Kherson dan Zaporizhzhia yang diduduki Rusia, juga diorganisir.
Dikutip dari BBC, pengungsi yang tersebar di seluruh Rusia juga dapat memilih.
Baca juga: Presiden Vladimir Putin Berikan Kewarganegaraan Rusia pada Edward Snowden
Hasil sebagian dari pemungutan suara di sana menunjukkan mayoritas besar mendukung bergabung dengan Rusia.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB, upaya Rusia mencaplok negaranya akan berarti "tidak ada yang perlu dibicarakan dengan Presiden Rusia ini".
"Lelucon di wilayah pendudukan ini bahkan tidak bisa disebut tiruan dari referendum," kata Zelensky.
Presiden menambahkan bahwa itu adalah upaya yang sangat sinis untuk memaksa orang-orang di wilayah pendudukan Ukraina untuk memobilisasi ke dalam tentara Rusia
Dikutip dari SCMP, Presiden Rusia, Vladimir Putin diperkirakan akan berbicara kepada parlemen Rusia tentang referendum pada hari Jumat (30/9/2022).
Baca juga: Rusia Peringatkan Barat, Jika Moskow Gunakan Nuklir Maka NATO Tak Bakalan Campur Tangan Lagi
Pemimpin Parlemen Rusia, Valentina Matviyenko mengatakan, anggota parlemen dapat mempertimbangkan undang-undang pencaplokan pada 4 Oktober.
Rusia meningkatkan peringatan bahwa mereka dapat menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan wilayahnya, termasuk tanah yang baru diperoleh.
"Situasi akan berubah secara radikal dari sudut pandang hukum, dari sudut pandang hukum internasional, dengan semua konsekuensi yang sesuai untuk perlindungan daerah-daerah itu dan memastikan keamanan mereka," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, dikutip dari SCMP.