Korea Utara Ancam AS dan Korea Selatan, Tuntut Hentikan Latihan Militer Bersama
Korea Utara menuntut agar Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan menghentikan latihan militer skala besar, Senin (31/10/2022).
Penulis: Rica Agustina
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara menuntut agar Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan menghentikan latihan militer skala besar, Senin (31/10/2022).
Latihan militer bersama yang disebut Korea Utara sebagai provokasi, dapat menarik tindakan lanjutan dari Pyongyang.
"Situasi di Semenanjung Korea dan sekitarnya telah memasuki fase konfrontasi yang serius untuk kekuasaan lagi karena gerakan militer AS dan Korea Selatan yang tak henti-hentinya dan sembrono," kata Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
Korea Utara siap untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatannya, keamanan rakyat dan integritas teritorial dari ancaman militer luar, kata Kementerian.
"Jika AS terus-menerus melakukan provokasi militer yang serius, DPRK akan mempertimbangkan langkah-langkah tindak lanjut yang lebih kuat," ujar Kementerian, dikutip Channel News Asia.
Kementerian menambahkan, AS harus menghentikan latihan militer bersama yang tidak berguna dan tidak efektif.
Baca juga: Hadapi Ancaman Rudal Korea Utara, Korea Selatan dan Amerika Serikat Gelar Latihan Udara Bersama
Jika tidak menghentikannya, AS akan menanggung semua konsekuensi sepenuhnya.
"Jika AS tidak ingin ada perkembangan serius yang tidak sesuai dengan kepentingan keamanannya, AS harus segera menghentikan latihan perang yang tidak berguna dan tidak efektif. Jika tidak, ia harus menanggung semua konsekuensinya sepenuhnya," kata Kementerian.
AS dan Korea Selatan memulai salah satu latihan udara militer gabungan terbesar mereka pada hari Senin, dengan ratusan pesawat tempur dari kedua belah pihak melakukan serangan tiruan 24 jam sehari selama lebih dari seminggu.
Operasi itu, yang disebut Vigilant Storm, akan berlangsung hingga Jumat, dan akan menampilkan sekitar 240 pesawat tempur yang melakukan sekitar 1.600 serangan mendadak, kata Angkatan Udara AS.
Washington dan Seoul yakin Pyongyang mungkin akan melanjutkan uji coba bom nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Kedua negara telah menerapkan strategi "menghalangi" Pyongyang melalui latihan militer besar yang menurut beberapa pejabat saat ini dan mantan pejabat dapat memperburuk ketegangan.
Lebih lanjut, pada hari Jumat, pasukan Korea Selatan menyelesaikan latihan lapangan Hoguk 22 selama 12 hari, yang menampilkan pendaratan amfibi tiruan dan penyeberangan sungai, termasuk beberapa latihan dengan pasukan AS.
Korea Utara mengutuk latihan bersama sebagai latihan untuk invasi dan bukti "kebijakan bermusuhan" oleh Washington dan Seoul.
Pyongyang telah meluncurkan rudal, melakukan latihan udara, dan menembakkan artileri ke laut sebagai tanggapan atas latihan tersebut.
Kim Jong Un telah mengabaikan seruan AS yang berulang kali untuk melanjutkan pembicaraan mengenai program nuklir dan misilnya.
Korea Utara malah memulai serangkaian uji coba misil yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, pada hari Senin, menegaskan kembali seruan agar Korea Utara kembali ke pembicaraan.
Price menambahkan kebijakan AS untuk mencari denuklirisasi lengkap di semenanjung Korea tidak berubah.
Dia ditanya pada konferensi pers tentang komentar pekan lalu oleh seorang pejabat senior AS yang bertanggung jawab atas kebijakan nuklir yang mengangkat alis dengan mengatakan Washington akan bersedia untuk terlibat dalam pembicaraan pengendalian senjata dengan Korea Utara.
Ditanya apakah AS pada akhirnya akan mengakui Korea Utara sebagai negara bersenjata nuklir, Price menjawab: "Itu bukan kebijakan kami. Saya tidak memperkirakan itu akan menjadi kebijakan kami."
(Tribunnews.com/Rica Agustina)