Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Iran Peringatkan Arab Saudi, Kesabaran Bisa Habis hingga Ada Pembalasan

Iran memperingatkan Arab Saudi, berjanji akan melakukan pembalasan jika kesabarannya telah habis.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Iran Peringatkan Arab Saudi, Kesabaran Bisa Habis hingga Ada Pembalasan
Kantor Pemimpin Tertinggi Iran melalui AP
Dalam foto yang dirilis pada hari Jumat, 20 Maret 2020 oleh situs web resmi kantor pemimpin tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei berpose untuk potret sebelum menyampaikan pesannya untuk Tahun Baru Iran, atau Nowruz, di Teheran, Iran. Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Hassan Rouhani dalam pesan tahun baru yang terpisah bersumpah untuk mengatasi virus corona baru dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. - Iran memperingatkan Arab Saudi, berjanji akan melakukan pembalasan jika kesabarannya telah habis. 

Ini menyusul perintah dari Pemimpin Tertinggi negara itu, Ayatollah Ali Khamenei, untuk menindak aksi protes nasional dengan keras, lapor VOA News

"Jika dia memutuskan untuk berurusan dengan mereka, para perusuh tidak akan lagi mendapat tempat di negara ini," kata Brigadir Jenderal Kiumars Heydari.

Demonstrasi anti-pemerintah meletus pada bulan September setelah kematian Mahsa Amini, yang ditahan polisi moral karena diduga melanggar aturan berpakaian yang diterapkan untuk wanita.

Mahsa Amini, 22, tewas di penjara setelah ditangkap polisi moral Iran karena tak memakai jilbab. Di penjara dia tewas namun publik menduga dia tewas disiksa.
Mahsa Amini, 22, tewas di penjara setelah ditangkap polisi moral Iran karena tak memakai jilbab. Di penjara dia tewas namun publik menduga dia tewas disiksa. - Iran memperingatkan Arab Saudi, berjanji akan melakukan pembalasan jika kesabarannya telah habis. (Foto Kolase BBC/Al Arabiya)

Baca juga: AS dan Arab Saudi Saling Tukar Informasi Intelijen soal Ancaman Serangan Iran

Baca juga: Iran Tuduh 2 Jurnalis Wanita yang Laporkan Kematian Mahsa Amini sebagai Mata-mata CIA

Protes dengan cepat berubah menjadi pemberontakan yang diikuti mahasiswa, dokter, hingga atlet.

Jenderal Heydari berbicara 40 hari setelah pertumpahan darah di kota Zahedan yang sebagian besar penduduknya Sunni, yang menjadi titik nyala protes.

Amnesti Internasional mengatakan pasukan keamanan menewaskan sedikitnya 66 orang di sana pada 30 September.

Pihak berwenang di Zahedan memecat sejumlah petinggi polisi yang bertugas di dekat tempat pembunuhan itu terjadi.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

BERITA REKOMENDASI
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas