Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Iran Peringatkan Arab Saudi, Kesabaran Bisa Habis hingga Ada Pembalasan

Iran memperingatkan Arab Saudi, berjanji akan melakukan pembalasan jika kesabarannya telah habis.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Iran Peringatkan Arab Saudi, Kesabaran Bisa Habis hingga Ada Pembalasan
Kantor Pemimpin Tertinggi Iran melalui AP
Dalam foto yang dirilis pada hari Jumat, 20 Maret 2020 oleh situs web resmi kantor pemimpin tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei berpose untuk potret sebelum menyampaikan pesannya untuk Tahun Baru Iran, atau Nowruz, di Teheran, Iran. Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Hassan Rouhani dalam pesan tahun baru yang terpisah bersumpah untuk mengatasi virus corona baru dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. - Iran memperingatkan Arab Saudi, berjanji akan melakukan pembalasan jika kesabarannya telah habis. 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Intelijen Iran, Esmail Khatib memperingatkan Arab Saudi bahwa Teheran tidak bisa menjamin akan terus menahan kesabaran.

"Hingga saat ini, Iran telah mengadopsi kesabaran strategis dengan rasionalitas yang tegas, tetapi tidak dapat menjamin bahwa itu tidak akan habis jika permusuhan berlanjut," lapor kantor berita Fars mengutip Esmail Khatib.

"Jika Iran memutuskan untuk membalas dan menghukum, istana kaca akan runtuh dan negara-negara ini tidak akan mengalami stabilitas lagi," imbuhnya.

Dilansir Reuters, Iran menuduh musuh regionalnya itu mengobarkan kerusuhan di dalam negeri sejak kematian Mahsa Amini. 

Gadis Kurdi tersebut meninggal dunia dalam tahanan polisi pada September lalu setelah ditangkap diduga karena tidak mengenakan jilbab dengan benar.

Sejak saat itu, protes besar-besaran pecah di Iran.

Baca juga: Iran Akhirnya Mengaku Pasok Drone ke Rusia sebelum Perang Ukraina

Gejolak ini menjadi salah satu tantangan terbesar bagi para pemimpin Iran sejak Revolusi Islam 1979.

Berita Rekomendasi

Bulan lalu, kepala Pengawal Revolusi Iran, Hossein Salami, memperingatkan Riyadh untuk mengendalikan medianya.

"Saya memperingatkan keluarga penguasa Saudi. Perhatikan perilaku Anda dan kendalikan media ini jika tidak, Anda akan membayar harganya."

"Ini adalah peringatan terakhir kami karena Anda mencampuri urusan negara kami melalui media ini. Kami katakan, hati-hati," kata Salami, menurut media pemerintah Iran.

Teheran membantah bahwa ini merupakan ancaman untuk Riyadh, menyusul laporan Wall Street Journal tentang ancaman serangan Iran ke Arab Saudi.

Media Amerika itu melaporkan bahwa Saudi berbagi informasi intelijen dengan AS untuk memperingatkan potensi serangan dari Iran.

Iran Ancam Perusuh

Komandan Angkatan Darat Iran mengatakan pada Rabu (9/11/2022) bahwa "perusuh" tidak akan memiliki tempat di Republik Islam.

Ini menyusul perintah dari Pemimpin Tertinggi negara itu, Ayatollah Ali Khamenei, untuk menindak aksi protes nasional dengan keras, lapor VOA News

"Jika dia memutuskan untuk berurusan dengan mereka, para perusuh tidak akan lagi mendapat tempat di negara ini," kata Brigadir Jenderal Kiumars Heydari.

Demonstrasi anti-pemerintah meletus pada bulan September setelah kematian Mahsa Amini, yang ditahan polisi moral karena diduga melanggar aturan berpakaian yang diterapkan untuk wanita.

Mahsa Amini, 22, tewas di penjara setelah ditangkap polisi moral Iran karena tak memakai jilbab. Di penjara dia tewas namun publik menduga dia tewas disiksa.
Mahsa Amini, 22, tewas di penjara setelah ditangkap polisi moral Iran karena tak memakai jilbab. Di penjara dia tewas namun publik menduga dia tewas disiksa. - Iran memperingatkan Arab Saudi, berjanji akan melakukan pembalasan jika kesabarannya telah habis. (Foto Kolase BBC/Al Arabiya)

Baca juga: AS dan Arab Saudi Saling Tukar Informasi Intelijen soal Ancaman Serangan Iran

Baca juga: Iran Tuduh 2 Jurnalis Wanita yang Laporkan Kematian Mahsa Amini sebagai Mata-mata CIA

Protes dengan cepat berubah menjadi pemberontakan yang diikuti mahasiswa, dokter, hingga atlet.

Jenderal Heydari berbicara 40 hari setelah pertumpahan darah di kota Zahedan yang sebagian besar penduduknya Sunni, yang menjadi titik nyala protes.

Amnesti Internasional mengatakan pasukan keamanan menewaskan sedikitnya 66 orang di sana pada 30 September.

Pihak berwenang di Zahedan memecat sejumlah petinggi polisi yang bertugas di dekat tempat pembunuhan itu terjadi.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas