Jepang dan AS Mulai Latihan Militer Gabungan untuk Tingkatkan Kesiapan Hadapi China dan Korea Utara
Jepang dan Amerika Serikat (AS) memulai latihan militer gabungan untuk menghadapi China dan Korea Utara.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Jepang dan Amerika Serikat (AS) memulai latihan militer gabungan besar-besaran di Jepang selatan pada Kamis (10/11/2022), AP News melaporkan.
Latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesiapan dalam menghadapi peningkatan ketegasan China dan peluncuran rudal Korea Utara yang semakin intensif.
Latihan "Keen Sword" dua tahunan dimulai di pangkalan udara Jepang.
Latihan juga akan diadakan di beberapa lokasi lain dan sekitar Jepang hingga 19 November.
Sekitar 26.000 tentara Jepang dan 10.000 tentara Amerika, serta 30 kapal dan 370 pesawat dari kedua belah pihak, akan berpartisipasi dalam latihan tersebut, menurut Kementerian Pertahanan Jepang.
Australia, Inggris dan Kanada juga akan bergabung dalam bagian dari latihan tersebut, katanya.
Baca juga: Rusia Impor Mobil Bekas dari Jepang, Imbas Merosotnya Produksi Dalam Negeri
Pelatihan lapangan bersama yang mencakup latihan pendaratan amfibi direncanakan di pulau-pulau terpencil Jepang barat daya, termasuk Tokunoshima, Amami dan Tsutarajima, karena Jepang telah memperkuat kemampuan pertahanannya di wilayah tersebut di tengah meningkatnya ketegangan atas China.
China telah memperkuat klaimnya atas hampir seluruh Laut China Selatan dengan membangun pulau-pulau buatan yang dilengkapi dengan instalasi militer dan lapangan terbang.
Beijing juga mengklaim serangkaian pulau yang dikendalikan oleh Jepang di Laut China Timur.
Beijing telah meningkatkan "pelecehan" militer terhadap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri, yang dikatakannya adalah bagian dari China yang akan dianeksasi secara paksa jika perlu.
Latihan gabungan Jepang dan AS dilakukan menyusul peningkatan penembakan rudal oleh Korea Utara, yang telah meluncurkan lebih dari 30 rudal tahun ini, termasuk satu pada hari Rabu yang jatuh di laut antara Semenanjung Korea dan Jepang.
Bulan lalu, sebuah rudal balistik antarbenua terbang di atas Jepang utara.
Perdana Menteri Fumio Kishida, mengutip memburuknya keamanan di kawasan itu, telah berjanji untuk secara substansial meningkatkan kemampuan militer Jepang dan mungkin memungkinkan kemampuan serangan pre-emptive untuk menyerang situs peluncuran rudal musuh dari jauh.
Rencana tersebut diharapkan akan dimasukkan dalam strategi keamanan nasional yang direvisi dan pedoman pertahanan jangka menengah hingga panjang akhir tahun ini.