Selamat Usai Divonis Mati, Eks Tentara Bayaran Ini Kembali ke Medan Perang Ukraina Sebagai Youtuber
Seorang mantan tentara bayaran asal Inggris yang telah dibebaskan oleh Rusia, kini kembali masuk ke medan laga dengan tujuan berbeda.
Editor: Hendra Gunawan
Pengadilan Republik Rakyat Donetsk (DPR) yang pro-Rusia memvonis mati tiga orang asing pada hari Kamis (9/6/2022).
Ketiga pejuang asing tersebut dituduh sebagai "tentara bayaran" untuk Ukraina, menurut outlet media pemerintah Rusia RIA Novosti.
Dikutip dari CNN, otoritas DPR mengatakan ketiganya -- warga negara Inggris Aiden Aslin dan Shaun Pinner, dan warga negara Maroko Brahim Saadoune, adalah pejuang asing yang ditangkap di kota Mariupol, Ukraina, oleh pasukan Rusia pada April.
Baca juga: Ukraina Klaim Rusia Ingin Kherson Jadi Kota Kematian
RIA Novosti mengatakan ketiganya akan ditembak.
Rusia adalah satu-satunya negara yang menganggap DPR independen.
Komunitas internasional tidak mengakui kawasan dan lembaga-lembaganya, dan menganggap wilayah itu sebagai bagian dari Ukraina.
Kelompok pengawas independen telah lama menuduh separatis memiliki rekam jejak hak asasi manusia yang buruk dan perlakuan buruk terhadap para tahanan.
Pemerintah Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu bahwa mereka menganggap semua sukarelawan asing sebagai anggota angkatan bersenjatanya dan menjadi kombatan yang sah yang berhak diperlakukan sebagai tawanan perang di bawah Konvensi Jenewa.
Baca juga: 40.000 Warga Ukraina dan Lebih dari 100.000 Tentara Rusia Tewas atau Terluka dalam Perang
RIA Novosti mengutip "kepala dewan yudisial" di Donetsk yang mengatakan para terpidana "dapat mengajukan banding atas keputusan tersebut dalam waktu satu bulan."
Pavel Kosovan, salah satu pengacara para terdakwa, mengatakan bahwa kliennya akan mengajukan banding atas putusan tersebut, media pemerintah Rusia TASS melaporkan setelah hukuman mati dijatuhkan.
Moskow telah berulang kali memperingatkan warga negara asing agar tidak pergi ke Ukraina untuk berperang demi pasukan Kiev. Kembali pada bulan September, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan bahwa lebih dari 1.000 orang asing tetap aktif di jajaran militer Ukraina pada saat itu, sementara lebih dari 2.000 telah tersingkir selama konflik.